Anak Abah nang Manis

Anak Abah nang Manis
Nama mu hidup dalam hembusan pagi yg indah

Selasa, 23 Juni 2015

takhrij hadis


Tugas Mandiri                                             Dosen Pengampu
Qawaid Tahdis                                           Dr. Hairul Hudaya, M.Ag    

Pengertian Takhrij
Urgensi dan Tujuan Takhrij
Metode Takhrij Hadis ( Menurut Mahmud Tahhan dan Syuhudi)
Kitab-kitab yang digunakan dalam Takhrij Hadis

IAIN (colour)

Norhasanah
14.02521.328


Institut Agama Islam Negeri Antasari
Program Pascasarjana
Pendidikan Agama Islam
 Banjarmasin
2014 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

            Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia pada umumnya.       
Kegiatan takhrij hadis sangatlah penting bagi seorang peneliti hadis. Dengan kegiatan takhrij hadis sebagai langkah awal dalam penelitian hadis, seorang peneliti akan mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, berbagai periwayat yang telah meriwayatkan hadis itu, dan ada atau tidaknya korroborasi dalam sanad bagi hadis yang diteliti. Atas dasar itulah, menurut M. Syuhudi Ismail sebagaimana pandangannya dalam buku Metodologi Penelitian Hadis Nabi mengemukakan bahwa:
1.      Suatu hadis akan sulit diteliti status dan kualitas bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-usulnya.
2.      Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad, maka harus terlebih dahulu diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan.
3.      Ketika salah satu sanad hadis diteliti, mungkin ada periwayat lain yang sanadnya mendukung sanad yang sedang diteliti,  maka seluruh sanad hadis itu harus dikemukakan.
Pentingnya kegiatan takhrij hadis bagi orang yang mempelajari ajaran Islam dikemukakan Mahmud Al-Tahhan sebagai berikut:
“ Mengetahui masalah takhrij, kaidah dan metodenya adalah sesuatu yang sangat penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu syari’ agar mampu melacak suatu hadis sampai pada sumber aslinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegunaan takhrij ini adalah sangat besar, terutama bagi orang yang mempelajari hadis dan ilmunya”.
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pengertian takhrij hadis secara bahasa dan istilah menurut para ahli hadis?
2.      Bagaimana urgensi dan tujuan takhrij?
3.      Bagaimana metode takhrij hadis menurut Mahmud Tahhan dan Syuhudi?
4.      Kitab-kitab apa saja yang diperlukan dalam melakukan takhrij hadis tersebut?
C.    Tujuan

1.      Memahami pengertian takhrij hadis secara bahasa dan istilah menurut para ahli  hadis.
2.      Memahami urgensi dan tujuan takhrij.
3.      Memahami metode takhrij hadis menurut Mahmud Tahhan dan Syuhudi.
4.      Mengetahui kitab-kitab yang digunakan dalam takhrij hadis tersebut.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A . Pengertian Takhrij Hadis

            Secara etimologi kata “Takhrij” berasal dari akar kata:  خرج   يخرج   خروجا kemudian mendapat tambahan tasydid/ syiddah pada ra (‘ain fi’il) menjadi:خرج  يخرج    تخريجا      yang berarti menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan dan menumbuhkan.[1] Kata takhrij berasal dari kata kharraja, yang berarti al-zuhur (tampak) dan al-buruz (jelas).[2]
Adapun secara terminologi, takhrij adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, yang diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.[3]
            Menurut para ahli hadis antara lain sebagai berikut:
1.      T.M.Hasbi ash-Shiddieqy: takhrij adalah mengeluarkan hadis-hadis yang terdapat dalam sebagian kitab yang menukilkan hadis tersebut tanpa menerangkan nilai-nilai hadis itu.
2.      Mahmud at-Tahhan: takhrij adalah menunjukkan letak hadis berupa sumber-sumber yang asli dengan menerangkan rangkaian sanadnya kemudian menerangkan nilai hadis tersebut bila perlu.
3.      Ibnu as-Salah: takhrij adalah menjelaskan asal-usul  dan tempat keluar hadis kepada masyarakat dengan jalan menyebutkan orang-orang yang telah meriwayatkan hadis tersebut keluar atau diterima oleh mukharrijnya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa takhrij meliputi hal-hal berikut:
1.      Menunjukkan letak hadis dalam sumber-sumber aslinya.
2.      Menerangkan rangkaian sanad.
3.      Menjelaskan nilai hadis bila perlu.[4]
B . Urgensi dan Tujuan Takhrij Hadis
            Ada beberapa  urgensi dalam melakukan takhrij hadis sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.
Suatu hadis akan sulit diteliti status dan kualitasnya bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-usulnya. Tanpa diketahui asal-usulnya, maka sanad dan matan hadis yang bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber pengambilannya.
2.      Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad. Mungkin saja, salah satu sanad hadis itu berkualitas daif, sedang yang lainnya berkualitas sahih. Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas daif dan yang berkualitas sahih, maka terlebih dahulu harus diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan.
3.      Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi pada sanad yang diteliti.
Ketika salah satu sanad hadis diteliti, mungkin ada periwayat lain yang sanadnya mendukung sanad yang sedang diteliti. Dalam penelitian sebuah sanad, syahid yang didukung oleh sanad yang kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti.[5]
Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah:
1.      Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku hadis atau tidak.
2.      Mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja didapatkan.
3.      Mengetahui ada berapa tempat hadis tersebut dengan sanad yang berbeda di dalam sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk hadis.
4.      Mengetahui kualitas hadis.[6]

C. Metode Takhrij Hadis menurut Mahmud Tahhan dan Syuhudi
            Metode takhrij yang dikemukakan oleh Mahmud at-Tahhan ada lima cara sebagai berikut:
1.      Takhrij dengan cara mengetahui periwayat pertama hadis dari sebagian sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij.[7] Kelebihan Metode ini adalah harus lebih tepat dalam mendapatkan hadis yang dicari, karena langsung fokus pada hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang dimaksud. Adapun kekurangannya, tidak mungkin menggunakan cara ini jika tidak diketahui perawinya, terkadang membutuhkan kesabaran saat mencari hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang meriwayatkan banyak hadis.[8]
2.      Takhrij dengan cara mengetahui lafal pertama dari matn hadis yakni takhrij yang dapat dilakukan apabila lafal pertama dari hadis yang bersangkutan dapat diketahui dengan tepat.[9]
Kelebihan metode ini di antaranya, kita dapat melacak hadis dengan cepat jika sudah diketahui awal katanya. Adapun kekurangannya, jika terjadi perubahan sedikit saja pada awal kata kita tidak akan mungkin bisa menemukan hadis yang kita cari.[10]
3.      Takhrij dengan cara mengetahui salah satu dari lafal yang ada dalam matn hadis, yakni metode yang dapat ditempuh dengan menggunakan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al- Hadis An-Nabawiy.[11]
Kelebihan metode ini, yaitu:
a.       Dengan sebatas mengetahui salah satu kosa kata dalam hadis.
b.      Terdapat informasi rinci tentang nama kitab, bab, dan nomor hadis.
Sedangkan kekurangannya, yaitu:
a.       Proses pencarian akan terasa sulit jika tidak dapat menemukan akar kata dari lafaz yang akan kita cari.
b.      Hadis yang ditampilkan terkadang tidak sesuai dengan yang kita cari, jika terdapat pengurangan dan penambahan kata dalam matan.[12]
4.      Takhrij dengan cara mengetahui tema hadis, yakni metode yang dapat diterapkan bagi orang yang mempunyai kemampuan dan kemahiran dalam bidang hadis.[13] Kelebihan Metode ini adalah:
a.       Mengetahui makna yang terkandung dalam hadis.
b.      Mengasah ketajaman dalam memahami fiqh hadis.
c.       Memberikan informasi tentang hadis yang sesuai dengan topiknya.
Adapun kekurangannya adalah:
a.       Jika makna yang terkandung tidak ditemukan, maka metode ini tidak dapat dilakukan.
b.      Terkadang makna hadis yang dipahami penyusun berbeda dengan yang dipahami oleh pentakhrij sehingga hadis tidak dapat ditemukan.[14]
5.      Takhrij dengan cara mengetahui sifat khusus dari sanad dan matn hadis, yakni metode yang dapat diterapkan dengan memperhatikan keadaan sanad dan matn, setelah itu dicari asal hadis yang mempunyai keadaan dan sifat tersebut, baik dari segi sanad maupun matnnya.[15]
Kelebihan metode ini cukup mudah dan simpel, karena kitab yang digunakan mentakhrij tidak banyak hingga melacaknya tidak terlalu sulit. Adapun kekurangannya, lebih dikarenakan minimnya kitab yang dimaksud hingga keleluasaan pelacakannya terbatas.[16]
Dari kelima metode takhrij yang dikemukakan oleh Mahmud at-Tahhan di atas, didapati bahwa metode takhrij dengan menggunakan al-Mu’jam al-Mufahras  li Alfaz al-Hadis an-Nabawiy lebih mudah dan lebih praktis dari metode lainnya.[17]
Sedangkan metode takhrij hadis menurut M. Syuhudi Ismail menyebutkan secara umum ada dua cara sebagai berikut:
1.      Takhrij al- Hadis bil al-Alfaz, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab, dengan cara menelusuri matn hadis yang bersangkutan berdasarkan lafal dari hadis yang dicarinya.
2.      Takhrij al-Hadis bi al-Mawdu’, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab berdasarkan topik masalah yang dibahas oleh sejumlah matn hadis. [18]
D. Kitab-kitab yang digunakan dalam Takhrij Hadis

               Beberapa kitab yang bisa dipakai dalam metode takhrij dengan mengetahui rawi hadis yang pertama maka kitab-kitab sebagai rujukan dalam takhrij hadis adalah:
1.      Kitab-kitab Musnad
Kitab musnad adalah kitab yang disusun pengarangnya berdasar nama-nama sahabat atau kitab yang menghimpun hadis-hadis sahabat. Jumlah kitab musnad banyak sekali, al-Kattani menyebut 82 kitab dan ada yang menyebut 100 kitab. Sayangnya hanya beberapa kitab yang sampai kepada kita.
Adapun urutan nama dalam musnad-musnad yang ada tidaklah seragam, ada yang diurutkan berdasarkan alfabetis, berdasarkan yang lebih utama, lebih dahulu masuk Islam, berdasarkan kabilah atau wilayah daerahnya. Tentu saja yang paling memudahkan dalam hal ini adalah berdasarkan alfabetis.
Di antara kitab-kitab musnad ialah:
a.      Musnad Ahmad ibn Hanbal
b.      Musnad Abi Bakr Abd Allah ibn al-Zubair al-Humaidi
c.       Musnad Abi Daud Sulaiman ibn Dawud al-Tayalisi
d.      Musnad Abi Ishaq Ibrahim ibn Nasr
e.       Musnad Asad bin Musa al-Umawi
f.        Musnad Yahya ibn Abd al-Humaid al-Hamani
g.      Musnad Abi Khaisamah Zuhair bin Harb
h.      Musnad Musaddad ibn Musarhad al-Asadi al-Basri
i.        Musnad Abi Yala Ahmad ibn Ali al-Musani al-Mausili
j.        Musnad Aid ibn Humaid
k.       Musnad Ubaidillah ibn Musa al-Aisi
l.        Musnad Nuaim ibn Hammad
2.      Kitab-kitab Mujam
Kitab mujam adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat, guru-gurunya, negara atau yang lainnya berdasarkan urutan alfabetis.
Di antara kitab mujam yang disusun berdasarkan nama sahabat ialah:
a.       Al-Mujam al-Kabir karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
b.      Al-Mujam al-Ausat karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
c.       Al-Mujam al-Sagir karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
d.      Mujam al-Sahabah karya Ahmad ibn Ali ibn Lali al-Hamdani
e.       Mujam al- Sahabah karya Abu Yala Ahmad ibn Ali al-Mausili
3.      Kitab-kitab Atraf 
Kitab yang di dalamnya disebut sebagian saja dari suatu lafaz hadis dan diisyaratkan kelanjutannya dan diterangkan sanadnya baik seluruhnya atau sebagian besar. Urutan di dasarkan nama sahabat berdasarkan urutan alfabetis.
Di antara kitab-kitab yang masyhur ialah:
a.       Atraf al-Sahihain karya Abu Mas’ud Ibrahim ibn Muhammad al-Dimasyqi
b.      Atraf al-Sahihain karya Abu Muhammad Khalaf ibn Muhammad al-Wasiti
c.       Al- Asyraf ala Marifah al-Atraf karya Abu al-Qasim Ali ibn al-Hasan
d.      Tuhfah al-Asyraf bii Marifah al-Atraf karya Abu al-Hajjaj Yusuf Abd al-Rahman al-Mazi
e.       Atraf al-Masanid al-Asyrah karya Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad al-Busairi
f.       Ithaf al-Mahrah bi Atraf al-Asyrah karya Ahmad ibn Ali ibn
Hajar al-Aqalani
g.      Zakhair al-Mawaris fi al-Dilalah ala Mawadi al-Hadis karya Abd al-Gani al-Nabilisi
Adapun kitab-kitab yang digunakan dalam metode mengetahui lafadz awal suatu hadis, antara lain:
1.      Kitab-kitab yang memuat hadis yang masyhur di masyarakat ialah:
a.       Al-Tazkirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Badr al-Din Muhammad ibn Abd Allah al- Zarkasyi
b.      Al-laali al-Mansurah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Ibn Hajar al-Asqalani
c.       Al-Maqasid al-Hasanah fi Bayan Kasir min al Ahadis al-Musytahirah ala al-Alsinah karya al-Sakhawi
d.      Tamyiz al-Tayyib min al-Khabis fi ma Yadur ala Alsinah al-Nas min al-Hadis karya Abd al-Rahman ibn Ali ibn al-Diba al-Syaibani
e.       Al-Durur al-Muntasirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti
2.      Kitab-kitab yang disusun berdasarkan alfabetis, antara lain:
a.       Al-Jami al-Sagir min Hadis al-Basyir al-Nazir karya Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti
b.      Al-Jami al-Kabir karya Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti
c.       Al-Fath al-Kabir fi Damm la-Ziyadah ila al-Jami al-Sagir karya Yusuf al-Nabhani
3.      Kamus yang disusun pengarangnya untuk kitab tertentu, di antaranya:
a.      Sahih al-Bukhari, yaitu Hady al-Bari ila Tartib Ahadis al-Bukhari
b.      Sahih Muslim, yaitu Mujam al-Alfaz wa la Siyyama al-Garib minha
c.       Sahihain, yaitu Miftah al-Sahihain
d.      Al-Muwatta, yaitu Miftah al-Muwatta
e.       Sunan ibn Majah, yaitu Miftah Sunan Ibn Majah
f.        Tarikh al-Bagdadi, yaitu Miftah al-Tartib li Ahadis Tarikh al-Khatib
Metode dengan mengetahui sebagian lafadz hadis, baik di awal, tengah maupun akhir matannya, maka kitab-kitab yang diperlukan adalah referensi yang paling representatif yaitu karya Arnold John Wensinck dengan judul al-Mu jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi, dengan diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Kitab ini merupakan kitab kamus dari 9 kitab hadis, yakni Sahih al-Bukhari, sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tarmizi, Sunan al-Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad ibn Hanbal.
Untuk Musnad Ahmad ( حم) hanya disebutkan juz dan halamannya; Sahih Muslim (   م ) dan al-Muwatta ( ط  ) disebutkan nama bab dan nomor urut hadis; sedangkan Sahih al-Bukhari (  خ  ), Sunan Abi Dawud ( د  ), Sunan al-Tarmizi ( ت), Sunan al-Nasai ( ن  ), serta Sunan Ibn Majah (   جه ), Sunan al-Darimi (   دي ) disebutkan nama bab serta nomor urut babnya.
Mengetahui suatu hadis termasuk dalam tema tertentu, memungkinkan seseorang menelusuri sumbernya yang asli, yakni kitab yang disusun berdasar bab-bab atau masalah-masalah tertentu.
Maka kitab-kitab yang diperlukan adalah:
1.      Kitab-kitab Jawami, seperti:
a.       Al-Jami al-Sahih, karya Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari
b.      Al-Jami bain al-Sahihain, karya Ismail ibn Ahmad
c.       Al-Jami al-Sahih, karya Imam Muslim
d.      Al-Jami bain al-Sahihain, karya Muhammad ibn Abi Nasr al-Humaidi
2.      Kitab-kitab Mustakhraj, seperti:
a.         Mustakhraj Sahih al-Bukhari, karya al-Gitrifi
b.        Mustakhraj Sahih Muslim, karya Abu Awanan al-Isfirani
c.         Mustakhraj Sahihain, karya Abu Nuaim al-Asbihani
3.      Kitab-kitab al-Majami, seperti:
a.       Al-Jam bain al-Sahihain, karya al-Sagani al-Hasan ibn Muhammad
b.      Al-Jam bain al-Sahihain, karya Abu Abd Allah ibn Abi Nasr Futuh al-Humaidi
c.       Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Abu al-Hasan Razin ibn Muawiyah al-Andalusi
d.      Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Ibn al-Asir
4.      Kitab-kitab Mustadrakat, seperti:
a.       Al-Mustadrak, karya al-Hakim
b.      Al-Mustadrak, karya Abu Zarr al-Harawi
5.      Kitab-kitab Zawaid, seperti:
a.       Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah, karya al-Busairi
b.      Fawa’id al-Muntaqali Zawaid al-Baihaqi, karya al-Busairi
c.       Ittihaf al-Saddah al-Mahrah al-Khairah bi Zawaid al-Masanid al-Asyrah, karya al-Busairi
6.      Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah
Suatu kitab yang disusun oleh Arnold John Wensick dan telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Jumlah kitab yang dijadikan rujukan  adalah empat belas kitab, yakni: Sahih al-Bukhari, sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tarmizi, Sunan al-Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad ibn Hanbal, Musnad Abi Dawud al-Tayalisi, Musnad Zaid ibn Ali, Sirah ibn Hisyam, Magazi al-Waqidi, dan Tabaqat Ibn Sad.
Adapun kitab yang bisa menjadi rujukan dalam menelusuri hadis dengan mengamati secara mendalam sanad dan matn hadis adalah:
1.      Al-Maudu at al-Sugra, karya Ali al-Qari
2.      Tanzih al-Syariah al-Marfuah an al-Ahadis al-Syaniah al-Mauduah, karya al-Kinani
Apabila diketahui matn hadis tersebut merupakan hadis qudsi. Kitab yang bisa dijadikan rujukan dalam hal ini adalah:
1.      Misykah al-Anwar, karya Muhy al-Din Muhammad ibn Ali ibn Arabi al-Khatimi
2.      Al-Ittihafat al-Saniyyah bi al-Ahadis al-Qudsiyyah, karya Abd al-Rauf al-Munawi
Petunjuk dari sanad, misalnya sanad yang rawinya meriwayatkan hadis dari anaknya. Kitab yang menjadi rujukan misalnya Riwayah al-Aba ‘an al-Aba karya Abu Bakr Ahamad ibn Ali al-Bagdadi. Keadaan sanad hadis yang musalsal dengan kitab rujukan al-Musalsalah al-Kubra karya al-Suyuti, atau keadaan sanad yang mursal dengan kitab rujukan al-Marasil karya Abu Dawud al-Sijistani dan karya al-Razi.
Petunjuk dari sanad dan matn secara bersamaan. Kitab yang bisa dijadikan rujukan ialah:

1.      Ilal al-Hadis, karya Ibn Abi Hatim al-Razi
2.      Al-Asma al-Mubhamah fi al-Anba al-Muhkamah, karya al-Khatib al-Bagdadi
3.      Al-Mustafad min Mubhamat al-Matn wa al-Isnad, karya Abu Zurah Ahmad ibn Abd al-Rahim al-Iraqi
Adapun menurut Syuhudi Ismail, cara melakukan takhrij al-hadis dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: pertama, takhrij al-hadis bi al-Alfaz. Untuk cara ini bisa digunakan: 1) kitab kamus hadis untuk satu kitab hadis, seperti kitab Hidayah al-Bari ila Tartib Ahadis al-Bukhari karya Abd al-Rahim Ambar al-Misri al-Tahtawi dan kitab Mujam al-Alfaz wa la Siyyama al-Garib minha karya Muhammad Fuad Abd Baqi; 2) kitab kamus hadis yang khusus untuk dua kitab hadis, misalnya kitab Miftah al-Sahihain karya Muhammad al-Syarif ibn Mustafa al-Tauqidi ( kitab hadis Sahih al-Bukahri dan Sahih Muslim); 3) kitab kamus hadis yang menerangkan berbagai hadis yang termuat dalam kitab bukan kitab hadis, seperti kitab al-Bugyah fi Tartib Ahadis al-Hilyah dan kitab Miftah al-Tartib li Ahadis Tarikh al-Khatib karya al-Ghammari; 4) kitab kamus untuk beberapa kitab hadis, seperti kitab al-Jami al-Sagir min Ahadis al-Basyir al-Nazir karya al-Suyuti dan kitab al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi karya Arnold John Wensick.
Kedua, takhrij al-hadis bil maudu, yaitu upaya pencarian hadis pada kitab-kitab hadis berdasarkan topik masalah yang dibahas oleh sejumlah matn hadis, maka digunakan kitab Miftah Kunuz al-Sunnah karya Arnold John Wensick.[19]



[1] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2010), h.115

[2] Suryadi, Muhammad al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis, (Yogyakarta:Teras, 2009), h.34

[3] Ibid., h.34
[4] Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, (Banjarmasin:Comdes Kalimantan, 2005), hh.50-51

[5] Suryadi, Muhammad al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis, Op.Cit., hh. 32-33
[6] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Op.Cit., hh.117-118

[7] Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Op.Cit., h. 52

[8] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.177

[9] Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Op.Cit., h.53

[10] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, Op.Cit., h.174
[11] Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Op.Cit., h.53

[12] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, Op.Cit., h. 175

[13] Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Op.Cit., 53

[14] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, Op.Cit., h.178

[15] Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Op.Cit., h.53

[16] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, Op.Cit., h.179

[17] Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Op.Cit., hh.53-54

[18] Ibid, h. 52
[19] Suryadi, Muhammad al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis, Op.Cit.,hh. 39-49
  

 
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Secara etimologi kata “Takhrij” berasal dari akar kata:  خرج   يخرج   خروجا kemudian mendapat tambahan tasydid/ syiddah pada ra (‘ain fi’il) menjadi:خرج  يخرج    تخريجا      yang berarti menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan dan menumbuhkan.

Secara terminologi, takhrij adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, yang diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa takhrij meliputi hal-hal berikut:
1.      Menunjukkan letak hadis dalam sumber-sumber aslinya.
2.      Menerangkan rangkaian sanad.
3.      Menjelaskan nilai hadis bila perlu.

      Adapun  beberapa  urgensi dalam melakukan takhrij hadis sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.
2.      Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
3.      Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi pada sanad yang diteliti.
Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah:
1.      Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku hadis atau tidak.
2.      Mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja didapatkan.
3.      Mengetahui ada berapa tempat hadis tersebut dengan sanad yang berbeda di dalam sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk hadis.
4.      Mengetahui kualitas hadis.
Metode takhrij yang dikemukakan oleh Mahmud at-Tahhan ada lima cara sebagai berikut:
1.      Takhrij dengan cara mengetahui periwayat pertama hadis dari sebagian sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij.
2.      Takhrij dengan cara mengetahui lafal pertama dari matn hadis yakni takhrij yang dapat dilakukan apabila lafal pertama dari hadis yang bersangkutan dapat diketahui dengan tepat.
3.      Takhrij dengan cara mengetahui salah satu dari lafal yang ada dalam matn hadis, yakni metode yang dapat ditempuh dengan menggunakan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al- Hadis An-Nabawiy.
4.      Takhrij dengan cara mengetahui tema hadis, yakni metode yang dapat diterapkan bagi orang yang mempunyai kemampuan dan kemahiran dalam bidang hadis.
5.      Takhrij dengan cara mengetahui sifat khusus dari sanad dan matn hadis, yakni metode yang dapat diterapkan dengan memperhatikan keadaan sanad dan matn, setelah itu dicari asal hadis yang mempunyai keadaan dan sifat tersebut, baik dari segi sanad maupun matnnya.

Sedangkan metode takhrij hadis menurut M. Syuhudi Ismail menyebutkan secara umum ada dua cara sebagai berikut:
1.      Takhrij al- Hadis bil al-Alfaz, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab, dengan cara menelusuri matn hadis yang bersangkutan berdasarkan lafal dari hadis yang dicarinya.
2.      Takhrij al-Hadis bi al-Mawdu’, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab berdasarkan topik masalah yang dibahas oleh sejumlah matn hadis.

Beberapa kitab yang bisa dipakai dalam metode takhrij dengan mengetahui rawi hadis yang pertama maka kitab-kitab sebagai rujukan dalam takhrij hadis adalah:
1.      Kitab-kitab Musnad
Di antara kitab-kitab musnad ialah:
a.      Musnad Ahmad ibn Hanbal
b.      Musnad Abi Bakr Abd Allah ibn al-Zubair al-Humaidi
c.       Musnad Abi Daud Sulaiman ibn Dawud al-Tayalisi
d.      Musnad Abi Ishaq Ibrahim ibn Nasr
e.       Musnad Asad bin Musa al-Umawi
f.        Musnad Yahya ibn Abd al-Humaid al-Hamani
g.      Musnad Abi Khaisamah Zuhair bin Harb
h.      Musnad Musaddad ibn Musarhad al-Asadi al-Basri
i.        Musnad Abi Yala Ahmad ibn Ali al-Musani al-Mausili
j.        Musnad Aid ibn Humaid
k.       Musnad Ubaidillah ibn Musa al-Aisi
l.        Musnad Nuaim ibn Hammad
2.      Kitab-kitab Mujam
Di antara kitab mujam yang disusun berdasarkan nama sahabat ialah:
a.       Al-Mujam al-Kabir karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
b.      Al-Mujam al-Ausat karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
c.       Al-Mujam al-Sagir karya Abu al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
d.      Mujam al-Sahabah karya Ahmad ibn Ali ibn Lali al-Hamdani
e.       Mujam al- Sahabah karya Abu Yala Ahmad ibn Ali al-Mausili
3.      Kitab-kitab Atraf 
Di antara kitab-kitab yang masyhur ialah:
a.       Atraf al-Sahihain karya Abu Mas’ud Ibrahim ibn Muhammad al-Dimasyqi
b.      Atraf al-Sahihain karya Abu Muhammad Khalaf ibn Muhammad al-Wasiti
c.       Al- Asyraf ala Marifah al-Atraf karya Abu al-Qasim Ali ibn al-Hasan
d.      Tuhfah al-Asyraf bii Marifah al-Atraf karya Abu al-Hajjaj Yusuf Abd al-Rahman al-Mazi
e.       Atraf al-Masanid al-Asyrah karya Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad al-Busairi
f.       Ithaf al-Mahrah bi Atraf al-Asyrah karya Ahmad ibn Ali ibn
Hajar al-Aqalani
g.      Zakhair al-Mawaris fi al-Dilalah ala Mawadi al-Hadis karya Abd al-Gani al-Nabilisi

Adapun kitab-kitab yang digunakan dalam metode mengetahui lafadz awal suatu hadis, antara lain:
1.      Kitab-kitab yang memuat hadis yang masyhur di masyarakat ialah:
a.       Al-Tazkirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Badr al-Din Muhammad ibn Abd Allah al- Zarkasyi
b.      Al-laali al-Mansurah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Ibn Hajar al-Asqalani
c.       Al-Maqasid al-Hasanah fi Bayan Kasir min al Ahadis al-Musytahirah ala al-Alsinah karya al-Sakhawi
d.      Tamyiz al-Tayyib min al-Khabis fi ma Yadur ala Alsinah al-Nas min al-Hadis karya Abd al-Rahman ibn Ali ibn al-Diba al-Syaibani
e.       Al-Durur al-Muntasirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti
2.      Kitab-kitab yang disusun berdasarkan alfabetis, antara lain:
a.       Al-Jami al-Sagir min Hadis al-Basyir al-Nazir karya Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti
b.      Al-Jami al-Kabir karya Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti
c.       Al-Fath al-Kabir fi Damm la-Ziyadah ila al-Jami al-Sagir karya Yusuf al-Nabhani
3.      Kamus yang disusun pengarangnya untuk kitab tertentu, di antaranya:
a.      Sahih al-Bukhari, yaitu Hady al-Bari ila Tartib Ahadis al-Bukhari
b.      Sahih Muslim, yaitu Mujam al-Alfaz wa la Siyyama al-Garib minha
c.       Sahihain, yaitu Miftah al-Sahihain
d.      Al-Muwatta, yaitu Miftah al-Muwatta
e.       Sunan ibn Majah, yaitu Miftah Sunan Ibn Majah
f.        Tarikh al-Bagdadi, yaitu Miftah al-Tartib li Ahadis Tarikh al-Khatib
Metode dengan mengetahui sebagian lafadz hadis, baik di awal, tengah maupun akhir matannya, maka kitab-kitab yang diperlukan yaitu karya Arnold John Wensinck dengan judul al-Mu jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi.
   Mengetahui suatu hadis termasuk dalam tema tertentu yakni kitab yang disusun berdasar bab-bab atau masalah-masalah tertentu.
Maka kitab-kitab yang diperlukan adalah:
1.      Kitab-kitab Jawami, seperti:
a.       Al-Jami al-Sahih, karya Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari
b.      Al-Jami bain al-Sahihain, karya Ismail ibn Ahmad
c.       Al-Jami al-Sahih, karya Imam Muslim
d.      Al-Jami bain al-Sahihain, karya Muhammad ibn Abi Nasr al-Humaidi
2.      Kitab-kitab Mustakhraj, seperti:
a.         Mustakhraj Sahih al-Bukhari, karya al-Gitrifi
b.        Mustakhraj Sahih Muslim, karya Abu Awanan al-Isfirani
c.         Mustakhraj Sahihain, karya Abu Nuaim al-Asbihani
3.      Kitab-kitab al-Majami, seperti:
a.       Al-Jam bain al-Sahihain, karya al-Sagani al-Hasan ibn Muhammad
b.      Al-Jam bain al-Sahihain, karya Abu Abd Allah ibn Abi Nasr Futuh al-Humaidi
c.       Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Abu al-Hasan Razin ibn Muawiyah al-Andalusi
d.      Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Ibn al-Asir
4.      Kitab-kitab Mustadrakat, seperti:
a.       Al-Mustadrak, karya al-Hakim
b.      Al-Mustadrak, karya Abu Zarr al-Harawi
5.      Kitab-kitab Zawaid, seperti:
a.       Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah, karya al-Busairi
b.      Fawa’id al-Muntaqali Zawaid al-Baihaqi, karya al-Busairi
c.       Ittihaf al-Saddah al-Mahrah al-Khairah bi Zawaid al-Masanid al-Asyrah, karya al-Busairi
6.      Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah





Tidak ada komentar:

Posting Komentar