Anak Abah nang Manis

Anak Abah nang Manis
Nama mu hidup dalam hembusan pagi yg indah

Selasa, 23 Juni 2015

model pembelajaran PPSI dan model pembelajaran Glasser




MODEL PPSI DAN GLASSER

MAKALAH
Dipersentasikan pada seminar kelas
Mata Kuliah Model Pembelajaran PAI



Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Salamah, M.Pd


Oleh Norhasanah
1402521328






INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2015



KATA PENGANTAR



 



Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla yang dengan kepemurahan-Nya yang tak terhingga mengutus Rasulullah SAW untuk menyampaikan cahaya-Nya kepada seluruh manusia. Sebagai sumber cahaya kebenaran dalam perjalanan manusia hingga akhir zaman.
Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu membuat desain/ perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pembelajaran, seorang guru harus menggunakan model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan. Model pembelajaran merupakan suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan , dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Penulis merasa tak sempurna dalam hal apapun, karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Dalam hal ini penulis membahas sedikit tentang pengertian model, pengertian PPSI, latarbelakang munculnya model PPSI, langkah-langkah pokok pengembangan model PPSI, nilai positif pelaksanaan PPSI, kelebihan dan kekurangan model PPSI, dan desain model pembelajaran PPSI. Sedangkan model glasser hanya memuat pokok bahasan langkah-langkah dalam mengembangkan desain model glasser.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis meminta untuk memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun.


Banjarmasin, 27 Maret 2015



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB      I        PENDAHULUAN.......................................................................... 1
                       
BAB      II       PEMBAHASAN............................................................................. 3
                        A. Model PPSI................................................................................. 3
                        B. Model Glasser ........................................................................... 12           
BAB      III     PENUTUP..................................................................................... 14
                        Simpulan......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15

 
PENDAHULUAN

Sejalan dengan semakin pesatnya laju pembangunan di segala bidang di mana semenjak REPELITA I sampai REPELITA IV merupakan prioritas utama diberikan pada bidang pendidikan, maka sistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dan pembaharuan.
Pembaharuan dalam sistem pendidikan tersebut, mulai dirintis pada tahun 1973 dengan mulai diterapkannya sistem pendidikan baru yang tidak lagi menggunakan pendekatan dengan berorientasi kepada materi pelajaran seperti sistem lama yang telah berjalan selama ini melainkan  telah beralih dengan menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada tujuan pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam GBHN.
Pada langkah-langkah permulaan, PPSI umumnya diterapkan di sekolah-sekolah tingkat menengah baik menengah pertama maupun menengah atas (SMP/SMA), sedangkan untuk tingkat SD dilakukan secara berangsur-angsur dimulai dari SD Inpres. Hal ini dapat dimengerti, mengingat guru-guru sekolah menengah lebih memungkinkan untuk menerapkan sistem instruksional tersebut sebab pada dasarnya memegang mata pelajaran tertentu, sedangkan guru-guru SD adalah pemangku kelas yang bertugas mengajarkan semua mata pelajaran di kelas tertentu sehingga akan lebih berat apabila mereka menerapkan sistem baru tersebut.
Karena itulah timbulnya gagasan untuk mengangkat lebih banyak lagi guru-guru baru kemudian akhirnya dapat merubah sistem pendidikan SD sehingga sama dengan SMP/SMA di mana guru tidak lagi sebagai pemangku kelas akan tetapi sebagai pemegang mata pelajaran, sehingga sistem PPSI dapat mereka laksanakan.
Di awal paruh kedua abad ke-20 ini mengajar masih diartikan  sebagai sebuah proses pemberian bimbingan dan memajukan kemampuan pembelajar siswa yang semuanya dilakukan dengan berpusat pada siswa. Mengajar harus bertitik tolak dari kondisi siswa untuk diberi berbagai pengalaman baru, serta pemberian bimbingan untuk memperoleh berbagai pengalaman baru guna mencapai berbagai kemajuan. Pandangan pedagogis dari ilmuwan pendidikan di awal paruh kedua abad ke-20 sudah berkembang menuju model pendidikan yang berpusat pada siswa, hanya keterlibatan dan peran guru dalam proses pembelajaran masih sangat besar.
Bersamaan dengan itu penegrtian mengajar juga berubah. Salah satu pengertian mengajar yang berbasis pada pandangan tersebut dikemukakan oleh Kenneth D. Moore, yang menurutnya mengajar adalah sebuah tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Pandangan ini didasari oleh sebuah paradigma bahwa tingkat keberhasilan mengajar bukan pada seberapa banyak ilmu yang disampaikan guru pada siswa, dan seberapa besar guru memberi peluang pada siswa untuk belajar tapi seberapa besar guru memfasilitasi para siswanya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.
Model Glasser ini membelajarkan para siswa, memfasilitasi, dan mendorong mereka untuk mengeksporasi bahan ajar. Dengan demikian, mengajar adalah sebuah pekerjaan yang dinamis, berbasis sebuah perencanaan tetapi memiliki peluang untuk berubah di tengah jalan.
Dalam bab selanjutnya akan diperjelas model PPSI dan model Glasser.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Model PPSI
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.[1] Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan.[2]
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) ialah suatu bentuk pengajaran yang diatur menurut suatu sistem  sebagai suatu kesatuan yang terorganisir, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.[3] Model PPSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematis untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.[4]
Adapun latarbelakang munculnya model PPSI oleh beberapa hal berikut.
1.               Pemberlakuan kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)” untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran (RPP).
2.               Berkembangnya paradigma “ pendidikan sebagai suatu sistem”, maka pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).
3.               Pendidik/ guru masih menggunakan paradigma “ Transfer of Knowledge” belum pada pembelajaran yang profesional.
4.               Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas, dan kontinuitas.
5.               Sistem Semester pada kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran sampai satuan materi terkecil.[5]
PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Istilah sistem instruksional dari PPSI menunjuk kepada pengertian sebagai suatu sistem yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainny dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.[6]
Langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI yaitu:
Langkah 1: merumuskan tujuan pembelajaran.
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran khusus, yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran. Kemampuan atau kompetensi tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi.[7]

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa mengenai perumusan tujuan instruksional ini haruslah menuruti kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.       Menggunakan istilah-istilah yang operasional.
b.      Harus dalam bentuk hasil belajar.
c.       Berbentuk tingkah laku siswa.
d.      Hanya meliputi satu jenis tingkah laku.[8]
Langkah 2: menyusun alat evaluasi.
Setelah tujuan instruksional dirumuskan, langkah berikutnya adalah mengembangkan tes yang fungsinya untuk menilai sampai di mana siswa menguasai kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.  Untuk mengecek apakah rumusan tujuan instruksional tersebut dapat diukur / dinilai atau tidak, perlu dikembangkan terlebih dahulu alat evaluasinya sebelum melangkah lebih jauh. Dengan dikembangkannya alat evaluasi tersebut, mungkin ada beberapa tujuan yang perlu diubah atau dipertegas rumusannya sehingga dapat diukur.[9]
Dalam menentukan jenis-jenis tes apa yang akan dipergunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan, meliputi :
a.       Tes tertulis.
b.      Tes lisan.
c.       Tes perbuatan.
Dalam hal ini kemungkinan pula untuk menggunakan dua atau tiga jenis tes sekaligus tergantung pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Kemudian dalam merumuskan pertanyaan/ item untuk menilai masing-masing tujuan. Pertanyaan ini dapat berbentuk :
a.       Bentuk uraian.
b.      Bentuk pilihan jawab terbatas.
c.       Bentuk melengkapi.
d.      Bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban singkat.[10]
Langkah 3: menentukan kegiatan belajar mengajar.
Langkah selanjutnya, sesudah tujuan instruksional khusus dirumuskan dan alat evaluasi disusun, adalah menetapkan kegiatan belajar siswa yang perlu ditempuh agar nantinya mereka dapat melakukan apa yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a.       Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
b.      Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang tidak perlu ditempuh lagi oleh siswa.
c.       Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.
Setelah kegiatan belajar siswa diterapkan, perlu dirumuskan pokok-pokok materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis-jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan. Bila dipandang perlu, setiap materi pelajaran tersebut dilengkapi dengan uraian singkat agar memudahkan guru menyampaikan materi tersebut kepada siswa.[11]
Langkah 4: merencanakan program Kegiatan Belajar Mengajar
Setelah langkah satu sampai tiga telah ditetapkan, selanjutnya perlu dimantapkan dalam suatu program pembelajaran. Titik tolak dalam merencanakan program kegiatan pembelajaran adalah suatu pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/ SKSnya dan diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pada langkah ini perlu di susun strategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan disampaikan. Termasuk dalam langkah ini adalah penyusunan proses pelaksanaan evaluasi.[12]
Selanjutnya mengenai alat bantu mengajar atau peraga yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kegiatan belajar yang ditempuh para murid, antara lain berupa gambar, foto, bagan, diagram, grafik atau benda-benda model, film ,tape dan instrumen-instrumen lain.
Kemudian perlu dirinci pula mengenai lamanya waktu yang perlu diperlukan untuk mengajarkan materi pelajaran. Pokok-pokok materi manakah yang akan diberikan pada hari ini pertama atau minggu pertama dan mana pula yang akan diberikan pada hari kedua, dan seterusnya.[13]

Langkah 5: pelaksanaan program
Setelah semua rencana dan persiapan selesai dilakukan maka mulailah program yang kita susun tersebut kita laksanakan dalam arti kita cobakan. Langkah-langkah yang perlu kita lakukan dalam fase ini adalah sebagai berikut:
a.                   Mengadakan pre -test
Tes yang akan kita berikan kepada murid-murid adalah tes yang telah kita susun dalam langkah kedua. Fungsi dari pre- test ini adalah untuk menilai sampai dimana murid-murid telah menguasai kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam tujuan-tujuan instruksional, sebelum mereka mengikuti program pengajaran yang telah kita persiapkan. Hasil pre-test ini berfaedah sebagai bahan perbandingan dengan hasil tes (post-test) setelah mereka selesai mengikuti program pengajaran tertentu. Untuk setiap murid perlu diberi tanda jawaban-jawaban mana yang betul dan mana yang salah, di samping angka untuk setiap murid.[14]
b.                  Menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid
Dalam menyampaikan materi pelajaran ini, pada prinsipnya harus berpegang pada rencana yang telah disusun dalam langkah 4, yaitu merencanakan program kegiatan, baik dalam materi, metode maupun alat yang akan digunakan. Selain itu, sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya pengajar menjelaskan dulu kepada siswa, tujuan instruksional khusus yang akan dicapai sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai mengikuti pelajaran.[15]


c.                   Mengadakan post test
Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya.
Tes awal berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan program  pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka mencapai tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.[16]
Adapun nilai - nilai positif pelaksanaan PPSI terkandung dalam beberapa, antara lain dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Dalam hal/ segi
Pengajaran yang biasa dilaksanakan (tradisional)
Pengajaran atas dasar pendekatan baru yang disebut PPSI
1.      Persiapan mengajar
a.       Mengubah penjabaran silabus yang masih sempit, belum dinyatakan dengan jelas tujuan instruksional dan evaluasinya.
b.      Disiapkan untuk satu kali kontak (pertemuan), sehingga lebih dikenal sebagai persiapan harian.
a.       Merupakan penjabaran silabus yang luas, memperhitungkan dengan saksama kemampuan apa yang akan diperoleh siswa sesudah ada kegiatan belajar (tujuan instruksional) serta dilengkapi alat evaluasi untuk menimbulkan sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai.
b.      Disiapkan bagi pengajaran suatu topik, sehingga dapat digunakan dalam beberapa kali kontak. Suatu topik yang belum selesai dalam satu kali pertemuan dilanjutkan pada pertemuan yang lain sesuai dengan jadwalnya.
2.      Peranan kurikulum/ silabus
Tidak jarang kita jumpai bahwa guru mengajar tidak/kurang berpegang pada kurikulum dan silabus bahkan yang memainkan peranan utama adalah buku pegangan/ buku teks.
Guru benar-benar berorientasi pada silabus yang ada , tidak terkait pada buku pelajaran sebab topik-topik materi pelajaran tidak bisa lepas dari silabusnya, sehingga hal ini akan meningkatkan efektivitas pengajaran.
3.      Tujuan pengajaran (instruksional)
Tujuan instruksional kurang jelas bagi para siswa, akibatnya mereka belajar menurut apa saja yang diberikan oleh guru. Padahal berdasar pada bukunya yang bermacam-macam dan berbeda satu sama lain.
Tujuan instruksional sengaja dijelaskan kepada para siswa, sehingga mereka jelas sudah terarah kepada pencapaian tujuan, kegiatan siswa relevan dengan tujuannya. Ini jelas suatu peningkatan efesiensi tenaga, pikiran, dan waktu belajar.
4.      Evaluasi belajar
a.       Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses pengajaran (diberikan sesudah pengajaran selesai).
b.      Kadang-kadang soal/ item test menyimpang dari tujuan pelajarannya, sehingga sejauh mana tujuan belajar dapat dicapai sulit untuk diketahui.
c.       Dengan tidak adanya pre test maka pengajaran terus, tanpa memperdulikan siswa sudah mengetahui materinya atau belum.
d.      Adanya self evaluation pada siswa terasa masih sama.
a.       Pengembangan evaluasi merupakan langkah kedua (sesudah perumusan tujuan). Berfungsi sebagai pre test dan post test, untuk mengukur keberhasilan tujuan.
b.      Item test selalu disesuaikan dengan tujuan instruksionalnya.
c.       Adanya pre test adalah untuk meningkatkan efisiensi, sebab bila siswa telah bersangkutan dapat dilewatkan.
d.      Pada siswa ada dorongan untuk mengadakan (mengukur kemampuan dirinya) dengan membandingkan hasil pre test dan post test masing-masing.[17]

Kelebihan model PPSI yaitu :
      1. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran.
      2. Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis.
      3. Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan, perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
  Kekurangan model PPSI yaitu :
1.      Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih karena guru harus memberikan pre test dan post test untuk setiap unit pelajaran.[18]
Model desain pembelajaran PPSI digambarkan pada tabel di bawah ini.
No.
Tahapan model PPSI
Bagian dalam tahapan model PPSI
1.
Rumusan Tujuan
1.      Operasional
2.      Berbentuk hasil belajar
3.      Berbentuk tingkah laku
4.      Hanya satu bentuk tingkah laku
2.
Pengembangan Alat Evaluasi
1.      Menentukan jenis tes
2.      Menyusun item soal untuk masing-masing tujuan
3.
Kegiatan Belajar
1.      Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar
2.      Menetapkan kegiatan belajar yang tidak perlu dan perlu ditempuh
4.
Pengembangan Program Kegiatan
1.      Merumuskan materi pelajaran
2.      Menetapkan metode
3.      Memilih alat dan sumber pelajaran
5.
Pelaksanaan Pembelajaran
1.      Mengadakan pre test
2.      Menyampaikan materi pelajaran
3.      Mengadakan post test
4.      Perbaikan [19]

B.     Model Glasser
Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang paling sederhana adalah model glasser. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain pembelajaran model glasser adalah sebagai berikut:
a.       Intructional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan objek sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, seorang siswa diharapkan langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini siswa lebih ditekankan pada praktik.
b.      Entering Behavior (Sistem Input)
Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku, misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.
c.       Instructional Procedures (Sistem Operator)
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga pembelajaran sesuai dengan prosedurnya.
d.      Performance Assessment (Output Monitor)
Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau prilaku siswa secara tetap atau prilaku siswa yang menetap. Model glasser adalah model yang paling sederhana.[20]




[1] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),  h. 110
[2] Harjanto, Ibid.,  h. 51
[3] Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984),  h. 163
[4] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011),  hh. 75-76
[5] Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hh. 147-148

[6] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Op. Cit,. h. 120
[7] Rusman , Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. Cit., h.149
[8] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta:Rineka Cipta,1997), h. 60
[9] Mudhoffir , Teknologi Instruksional, (Bandung: Rosda Karya, 1999), h. 39
[10] Suryosubroto, Proses Belajar  Mengajar di Sekolah, Op. Cit., h. 61
[11] Harjanto,  Perencanaan Pengajaran, Op. Cit., hh. 122-123
[12] Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. Cit., h. 150
[13] Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Op. Cit., hh. 169-170
[14] Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), hh. 117-118
[15] Mudhoffir , Teknologi Instruksional,  Op. Cit., hh. 41-42
[16] Rusman,  Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. Cit., h. 151
[17] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Op. Cit., hh. 67-70
[18] Imam azhar, Perencanaan Sistem Desain Pembelajaran, (Lamongan: Staidra, 2013), h. 22
[19] Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Op. Cit., h. 78
[20] Rusman , Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Op. Cit., hh. 152-166
 
BAB III
PENUTUP

Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu membuat desain / perencanaan  pembelajaran. Dalam mengembangkan  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan. Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan terhadap komponen-komponen pembelajaran.
Model PPSI (Prosedur Pelaksanaan Sistem Instruksional). Munculnya model PPSI oleh beberapa hal berikut:
1.      Pemberlakuan kurikulum 1975.
2.      Berkembangnya paradigma pendidikan sebagai suatu sistem.
3.      Pendidik/ guru masih menggunakan paradigma “Transfer of Knowledge”.
4.      Tuntutan kurikulum 1975.
5.      Sistem semester pada kurikulum 1975.
Langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI yaitu:
1.      Merumuskan tujuan pembelajaran.
2.      Pengembangan alat evaluasi.
3.      Menentukan kegiatan belajar mengajar.
4.      Merencanakan program kegiatan belajar mengajar.
5.      Pelaksanaan program.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan desain pembelajaran model Glasser adalah sebagai berikut:
1.      Instructional Goals/ Sistem Objektif
2.      Entering Behavior/ Sistem Input
3.      Instructional Procedures/ Sistem Operator
4.      Performance Assessment/ Output Monitor

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar