Tugas Mandiri Dosen Pengampu
Qawaid Tahdis Dr. Hairul Hudaya, M.Ag
Pengertian Takhrij
Urgensi dan Tujuan Takhrij
Metode Takhrij Hadis ( Menurut Mahmud Tahhan dan Syuhudi)
Kitab-kitab yang digunakan dalam Takhrij Hadis
Norhasanah
14.02521.328
Institut Agama Islam Negeri Antasari
Program Pascasarjana
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber pengetahuan
tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli. Sumber yang bersifat naqli ini
merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh
manusia baik dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia pada umumnya.
Kegiatan takhrij hadis sangatlah penting bagi
seorang peneliti hadis. Dengan kegiatan takhrij hadis sebagai langkah awal
dalam penelitian hadis, seorang peneliti akan mengetahui asal-usul riwayat
hadis yang akan diteliti, berbagai periwayat yang telah meriwayatkan hadis itu,
dan ada atau tidaknya korroborasi dalam sanad bagi hadis yang diteliti. Atas
dasar itulah, menurut M. Syuhudi Ismail sebagaimana pandangannya dalam buku Metodologi
Penelitian Hadis Nabi mengemukakan bahwa:
1.
Suatu hadis akan sulit diteliti status dan kualitas bila terlebih dahulu
tidak diketahui asal-usulnya.
2.
Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad, maka harus
terlebih dahulu diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan.
3.
Ketika salah satu sanad hadis diteliti, mungkin ada periwayat lain yang
sanadnya mendukung sanad yang sedang diteliti,
maka seluruh sanad hadis itu harus dikemukakan.
Pentingnya kegiatan takhrij hadis bagi orang yang
mempelajari ajaran Islam dikemukakan Mahmud Al-Tahhan sebagai berikut:
“ Mengetahui masalah takhrij, kaidah dan metodenya
adalah sesuatu yang sangat penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu syari’
agar mampu melacak suatu hadis sampai pada sumber aslinya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kegunaan takhrij ini adalah sangat besar, terutama bagi orang
yang mempelajari hadis dan ilmunya”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian takhrij hadis secara bahasa dan istilah menurut para
ahli hadis?
2.
Bagaimana urgensi dan tujuan takhrij?
3.
Bagaimana metode takhrij hadis menurut Mahmud Tahhan dan Syuhudi?
4.
Kitab-kitab apa saja yang diperlukan dalam melakukan takhrij hadis
tersebut?
C.
Tujuan
1.
Memahami pengertian takhrij hadis secara bahasa dan istilah menurut para
ahli hadis.
2.
Memahami urgensi dan tujuan takhrij.
3.
Memahami metode takhrij hadis menurut Mahmud Tahhan dan Syuhudi.
4.
Mengetahui kitab-kitab yang digunakan dalam takhrij hadis tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A . Pengertian Takhrij Hadis
Secara etimologi kata “Takhrij” berasal
dari akar kata: خرج
يخرج خروجا kemudian mendapat tambahan tasydid/ syiddah pada
ra (‘ain fi’il) menjadi:خرج يخرج تخريجا
yang berarti
menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan dan menumbuhkan.[1]
Kata takhrij berasal dari kata kharraja, yang berarti al-zuhur
(tampak) dan al-buruz (jelas).[2]
Adapun secara terminologi, takhrij adalah
menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, yang diriwayatkan lengkap
dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.[3]
Menurut
para ahli hadis antara lain sebagai berikut:
1.
T.M.Hasbi ash-Shiddieqy: takhrij adalah mengeluarkan hadis-hadis
yang terdapat dalam sebagian kitab yang menukilkan hadis tersebut tanpa
menerangkan nilai-nilai hadis itu.
2.
Mahmud at-Tahhan: takhrij adalah menunjukkan letak hadis berupa
sumber-sumber yang asli dengan menerangkan rangkaian sanadnya kemudian
menerangkan nilai hadis tersebut bila perlu.
3.
Ibnu as-Salah: takhrij adalah menjelaskan asal-usul dan tempat keluar hadis kepada masyarakat
dengan jalan menyebutkan orang-orang yang telah meriwayatkan hadis tersebut
keluar atau diterima oleh mukharrijnya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa takhrij meliputi hal-hal berikut:
1.
Menunjukkan letak hadis dalam sumber-sumber aslinya.
2.
Menerangkan rangkaian sanad.
3.
Menjelaskan nilai hadis bila perlu.[4]
B . Urgensi dan Tujuan Takhrij Hadis
Ada
beberapa urgensi dalam melakukan takhrij
hadis sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.
Suatu hadis akan sulit diteliti status dan
kualitasnya bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-usulnya. Tanpa diketahui
asal-usulnya, maka sanad dan matan hadis yang bersangkutan sulit diketahui
susunannya menurut sumber pengambilannya.
2.
Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih
dari satu sanad. Mungkin saja, salah satu sanad hadis itu berkualitas daif,
sedang yang lainnya berkualitas sahih. Untuk dapat menentukan sanad yang
berkualitas daif dan yang berkualitas sahih, maka terlebih dahulu harus
diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan.
3.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi pada
sanad yang diteliti.
Ketika salah satu sanad
hadis diteliti, mungkin ada periwayat lain yang sanadnya mendukung sanad yang
sedang diteliti. Dalam penelitian sebuah sanad, syahid yang didukung oleh sanad
yang kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti.[5]
Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang
peneliti adalah:
1.
Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku hadis atau tidak.
2.
Mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja didapatkan.
3.
Mengetahui ada berapa tempat hadis tersebut dengan sanad yang berbeda di
dalam sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk hadis.
4.
Mengetahui kualitas hadis.[6]
C. Metode Takhrij Hadis menurut Mahmud Tahhan dan
Syuhudi
Metode takhrij yang dikemukakan oleh Mahmud
at-Tahhan ada lima cara sebagai berikut:
1.
Takhrij dengan cara mengetahui periwayat pertama hadis dari sebagian
sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij.[7]
Kelebihan Metode ini adalah harus lebih tepat dalam mendapatkan hadis yang
dicari, karena langsung fokus pada hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang
dimaksud. Adapun kekurangannya, tidak mungkin menggunakan cara ini jika tidak
diketahui perawinya, terkadang membutuhkan kesabaran saat mencari hadis yang
diriwayatkan oleh perawi yang meriwayatkan banyak hadis.[8]
2.
Takhrij dengan cara mengetahui lafal pertama dari matn hadis yakni takhrij
yang dapat dilakukan apabila lafal pertama dari hadis yang bersangkutan dapat
diketahui dengan tepat.[9]
Kelebihan
metode ini di antaranya, kita dapat melacak hadis dengan cepat jika sudah
diketahui awal katanya. Adapun kekurangannya, jika terjadi perubahan sedikit
saja pada awal kata kita tidak akan mungkin bisa menemukan hadis yang kita
cari.[10]
3.
Takhrij dengan cara mengetahui salah satu dari lafal yang ada dalam matn
hadis, yakni metode yang dapat ditempuh dengan menggunakan al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfaz al- Hadis An-Nabawiy.[11]
Kelebihan metode ini,
yaitu:
a. Dengan sebatas mengetahui
salah satu kosa kata dalam hadis.
b. Terdapat informasi rinci
tentang nama kitab, bab, dan nomor hadis.
Sedangkan kekurangannya, yaitu:
a.
Proses pencarian akan terasa sulit jika tidak dapat menemukan akar kata
dari lafaz yang akan kita cari.
b.
Hadis yang ditampilkan terkadang tidak sesuai dengan yang kita cari, jika
terdapat pengurangan dan penambahan kata dalam matan.[12]
4.
Takhrij dengan cara mengetahui tema hadis, yakni metode yang dapat
diterapkan bagi orang yang mempunyai kemampuan dan kemahiran dalam bidang hadis.[13]
Kelebihan Metode ini adalah:
a.
Mengetahui makna yang terkandung dalam hadis.
b.
Mengasah ketajaman dalam memahami fiqh hadis.
c.
Memberikan informasi tentang hadis yang sesuai dengan topiknya.
Adapun kekurangannya adalah:
a.
Jika makna yang terkandung tidak ditemukan, maka metode ini tidak dapat
dilakukan.
b.
Terkadang makna hadis yang dipahami penyusun berbeda dengan yang dipahami
oleh pentakhrij sehingga hadis tidak dapat ditemukan.[14]
5.
Takhrij dengan cara mengetahui sifat khusus dari sanad dan matn hadis,
yakni metode yang dapat diterapkan dengan memperhatikan keadaan sanad dan matn,
setelah itu dicari asal hadis yang mempunyai keadaan dan sifat tersebut, baik
dari segi sanad maupun matnnya.[15]
Kelebihan metode ini cukup mudah dan simpel,
karena kitab yang digunakan mentakhrij tidak banyak hingga melacaknya tidak
terlalu sulit. Adapun kekurangannya, lebih dikarenakan minimnya kitab yang
dimaksud hingga keleluasaan pelacakannya terbatas.[16]
Dari
kelima metode takhrij yang dikemukakan oleh Mahmud at-Tahhan di atas, didapati
bahwa metode takhrij dengan menggunakan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawiy lebih mudah
dan lebih praktis dari metode lainnya.[17]
Sedangkan
metode takhrij hadis menurut M. Syuhudi Ismail menyebutkan secara umum ada dua
cara sebagai berikut:
1.
Takhrij al- Hadis bil al-Alfaz, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab, dengan cara menelusuri matn
hadis yang bersangkutan berdasarkan lafal dari hadis yang dicarinya.
2.
Takhrij al-Hadis bi al-Mawdu’, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab berdasarkan topik masalah
yang dibahas oleh sejumlah matn hadis. [18]
D. Kitab-kitab yang digunakan dalam Takhrij Hadis
Beberapa kitab yang bisa dipakai dalam metode takhrij dengan mengetahui
rawi hadis yang pertama maka kitab-kitab sebagai rujukan dalam takhrij hadis
adalah:
1. Kitab-kitab Musnad
Kitab
musnad adalah kitab yang disusun pengarangnya berdasar nama-nama sahabat atau
kitab yang menghimpun hadis-hadis sahabat. Jumlah kitab musnad banyak sekali,
al-Kattani menyebut 82 kitab dan ada yang menyebut 100 kitab. Sayangnya hanya
beberapa kitab yang sampai kepada kita.
Adapun
urutan nama dalam musnad-musnad yang ada tidaklah seragam, ada yang diurutkan
berdasarkan alfabetis, berdasarkan yang lebih utama, lebih dahulu masuk Islam,
berdasarkan kabilah atau wilayah daerahnya. Tentu saja yang paling memudahkan
dalam hal ini adalah berdasarkan alfabetis.
Di
antara kitab-kitab musnad ialah:
a.
Musnad Ahmad ibn Hanbal
b.
Musnad Abi Bakr Abd Allah ibn al-Zubair al-Humaidi
c.
Musnad Abi Daud Sulaiman ibn Dawud al-Tayalisi
d.
Musnad Abi Ishaq Ibrahim ibn Nasr
e.
Musnad Asad bin Musa al-Umawi
f.
Musnad Yahya ibn Abd al-Humaid al-Hamani
g.
Musnad Abi Khaisamah Zuhair bin Harb
h.
Musnad Musaddad ibn Musarhad al-Asadi al-Basri
i.
Musnad Abi Yala Ahmad ibn Ali al-Musani al-Mausili
j.
Musnad Aid ibn Humaid
k.
Musnad Ubaidillah ibn Musa al-Aisi
l.
Musnad Nuaim ibn Hammad
2. Kitab-kitab Mujam
Kitab
mujam adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat,
guru-gurunya, negara atau yang lainnya berdasarkan urutan alfabetis.
Di
antara kitab mujam yang disusun berdasarkan nama sahabat ialah:
a.
Al-Mujam al-Kabir karya Abu
al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
b.
Al-Mujam al-Ausat karya Abu
al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
c.
Al-Mujam al-Sagir karya Abu
al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
d.
Mujam al-Sahabah karya Ahmad
ibn Ali ibn Lali al-Hamdani
e.
Mujam al- Sahabah karya Abu
Yala Ahmad ibn Ali al-Mausili
3. Kitab-kitab Atraf
Kitab
yang di dalamnya disebut sebagian saja dari suatu lafaz hadis dan diisyaratkan
kelanjutannya dan diterangkan sanadnya baik seluruhnya atau sebagian besar.
Urutan di dasarkan nama sahabat berdasarkan urutan alfabetis.
Di
antara kitab-kitab yang masyhur ialah:
a.
Atraf al-Sahihain karya Abu
Mas’ud Ibrahim ibn Muhammad al-Dimasyqi
b.
Atraf al-Sahihain karya Abu
Muhammad Khalaf ibn Muhammad al-Wasiti
c.
Al- Asyraf ala Marifah al-Atraf karya Abu al-Qasim Ali ibn al-Hasan
d.
Tuhfah al-Asyraf bii Marifah al-Atraf karya Abu al-Hajjaj Yusuf Abd al-Rahman al-Mazi
e.
Atraf al-Masanid al-Asyrah
karya Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad al-Busairi
f.
Ithaf al-Mahrah bi Atraf al-Asyrah karya Ahmad ibn Ali ibn
Hajar al-Aqalani
g.
Zakhair al-Mawaris fi al-Dilalah ala Mawadi al-Hadis karya Abd al-Gani al-Nabilisi
Adapun kitab-kitab yang digunakan dalam metode
mengetahui lafadz awal suatu hadis, antara lain:
1.
Kitab-kitab yang memuat hadis yang masyhur di masyarakat ialah:
a.
Al-Tazkirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Badr al-Din Muhammad ibn Abd Allah al- Zarkasyi
b.
Al-laali al-Mansurah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Ibn Hajar al-Asqalani
c.
Al-Maqasid al-Hasanah fi Bayan Kasir min al Ahadis al-Musytahirah ala
al-Alsinah karya al-Sakhawi
d.
Tamyiz al-Tayyib min al-Khabis fi ma Yadur ala Alsinah al-Nas min al-Hadis karya Abd al-Rahman ibn Ali ibn al-Diba
al-Syaibani
e.
Al-Durur al-Muntasirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti
2.
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan alfabetis, antara lain:
a.
Al-Jami al-Sagir min Hadis al-Basyir al-Nazir karya Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr
al-Suyuti
b.
Al-Jami al-Kabir karya Jalal al-Din
Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti
c.
Al-Fath al-Kabir fi Damm la-Ziyadah ila al-Jami al-Sagir karya Yusuf al-Nabhani
3.
Kamus yang disusun pengarangnya untuk kitab tertentu, di antaranya:
a.
Sahih al-Bukhari, yaitu Hady al-Bari ila Tartib Ahadis al-Bukhari
b.
Sahih Muslim, yaitu Mujam al-Alfaz wa la Siyyama al-Garib minha
c.
Sahihain, yaitu Miftah
al-Sahihain
d.
Al-Muwatta, yaitu Miftah
al-Muwatta
e.
Sunan ibn Majah, yaitu Miftah
Sunan Ibn Majah
f.
Tarikh al-Bagdadi, yaitu Miftah al-Tartib li Ahadis Tarikh al-Khatib
Metode dengan mengetahui sebagian lafadz hadis,
baik di awal, tengah maupun akhir matannya, maka kitab-kitab yang diperlukan
adalah referensi yang paling representatif yaitu karya Arnold John Wensinck
dengan judul al-Mu jam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis an-Nabawi, dengan
diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Kitab ini merupakan kitab kamus
dari 9 kitab hadis, yakni Sahih al-Bukhari, sahih Muslim, Sunan Abi Dawud,
Sunan al-Tarmizi, Sunan al-Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Darimi, al-Muwatta
Imam Malik, dan Musnad ibn Hanbal.
Untuk Musnad Ahmad ( حم) hanya disebutkan juz dan halamannya; Sahih Muslim
( م ) dan al-Muwatta
( ط ) disebutkan nama bab
dan nomor urut hadis; sedangkan Sahih al-Bukhari ( خ ), Sunan Abi Dawud ( د ), Sunan al-Tarmizi
( ت), Sunan al-Nasai ( ن ), serta Sunan Ibn Majah ( جه ), Sunan
al-Darimi ( دي ) disebutkan nama bab serta nomor urut babnya.
Mengetahui suatu hadis termasuk dalam tema
tertentu, memungkinkan seseorang menelusuri sumbernya yang asli, yakni kitab
yang disusun berdasar bab-bab atau masalah-masalah tertentu.
Maka kitab-kitab yang diperlukan adalah:
1.
Kitab-kitab Jawami, seperti:
a.
Al-Jami al-Sahih, karya Abu
Abd Allah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari
b.
Al-Jami bain al-Sahihain,
karya Ismail ibn Ahmad
c.
Al-Jami al-Sahih, karya Imam
Muslim
d.
Al-Jami bain al-Sahihain,
karya Muhammad ibn Abi Nasr al-Humaidi
2.
Kitab-kitab Mustakhraj, seperti:
a.
Mustakhraj Sahih al-Bukhari,
karya al-Gitrifi
b.
Mustakhraj Sahih Muslim,
karya Abu Awanan al-Isfirani
c.
Mustakhraj Sahihain, karya
Abu Nuaim al-Asbihani
3.
Kitab-kitab al-Majami, seperti:
a.
Al-Jam bain al-Sahihain,
karya al-Sagani al-Hasan ibn Muhammad
b.
Al-Jam bain al-Sahihain,
karya Abu Abd Allah ibn Abi Nasr Futuh al-Humaidi
c.
Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Abu al-Hasan Razin ibn Muawiyah al-Andalusi
d.
Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Ibn al-Asir
4.
Kitab-kitab Mustadrakat, seperti:
a.
Al-Mustadrak, karya al-Hakim
b.
Al-Mustadrak, karya Abu Zarr
al-Harawi
5.
Kitab-kitab Zawaid, seperti:
a.
Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah, karya al-Busairi
b.
Fawa’id al-Muntaqali Zawaid al-Baihaqi, karya al-Busairi
c.
Ittihaf al-Saddah al-Mahrah al-Khairah bi Zawaid al-Masanid al-Asyrah, karya al-Busairi
6.
Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah
Suatu kitab yang disusun oleh Arnold John Wensick
dan telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi.
Jumlah kitab yang dijadikan rujukan
adalah empat belas kitab, yakni: Sahih al-Bukhari, sahih Muslim,
Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tarmizi, Sunan al-Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan
al-Darimi, al-Muwatta Imam Malik, dan Musnad ibn Hanbal, Musnad Abi Dawud
al-Tayalisi, Musnad Zaid ibn Ali, Sirah ibn Hisyam, Magazi al-Waqidi, dan
Tabaqat Ibn Sad.
Adapun kitab yang bisa menjadi rujukan dalam
menelusuri hadis dengan mengamati secara mendalam sanad dan matn hadis adalah:
1.
Al-Maudu at al-Sugra, karya
Ali al-Qari
2.
Tanzih al-Syariah al-Marfuah an al-Ahadis al-Syaniah al-Mauduah, karya al-Kinani
Apabila diketahui matn hadis tersebut merupakan
hadis qudsi. Kitab yang bisa dijadikan rujukan dalam hal ini adalah:
1.
Misykah al-Anwar, karya Muhy
al-Din Muhammad ibn Ali ibn Arabi al-Khatimi
2.
Al-Ittihafat al-Saniyyah bi al-Ahadis al-Qudsiyyah, karya Abd al-Rauf al-Munawi
Petunjuk dari sanad, misalnya sanad yang rawinya
meriwayatkan hadis dari anaknya. Kitab yang menjadi rujukan misalnya Riwayah
al-Aba ‘an al-Aba karya Abu Bakr Ahamad ibn Ali al-Bagdadi. Keadaan sanad
hadis yang musalsal dengan kitab rujukan al-Musalsalah al-Kubra karya
al-Suyuti, atau keadaan sanad yang mursal dengan kitab rujukan al-Marasil
karya Abu Dawud al-Sijistani dan karya al-Razi.
Petunjuk dari sanad dan matn secara bersamaan.
Kitab yang bisa dijadikan rujukan ialah:
1.
Ilal al-Hadis, karya Ibn Abi Hatim
al-Razi
2.
Al-Asma al-Mubhamah fi al-Anba al-Muhkamah, karya al-Khatib al-Bagdadi
3.
Al-Mustafad min Mubhamat al-Matn wa al-Isnad, karya Abu Zurah Ahmad ibn Abd al-Rahim al-Iraqi
Adapun menurut Syuhudi Ismail, cara melakukan takhrij
al-hadis dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: pertama, takhrij al-hadis
bi al-Alfaz. Untuk cara ini bisa digunakan: 1) kitab kamus hadis untuk satu
kitab hadis, seperti kitab Hidayah al-Bari ila Tartib Ahadis al-Bukhari
karya Abd al-Rahim Ambar al-Misri al-Tahtawi dan kitab Mujam al-Alfaz wa la
Siyyama al-Garib minha karya Muhammad Fuad Abd Baqi; 2) kitab kamus hadis
yang khusus untuk dua kitab hadis, misalnya kitab Miftah al-Sahihain
karya Muhammad al-Syarif ibn Mustafa al-Tauqidi ( kitab hadis Sahih
al-Bukahri dan Sahih Muslim); 3) kitab kamus hadis yang menerangkan
berbagai hadis yang termuat dalam kitab bukan kitab hadis, seperti kitab al-Bugyah
fi Tartib Ahadis al-Hilyah dan kitab Miftah al-Tartib li Ahadis Tarikh
al-Khatib karya al-Ghammari; 4) kitab kamus untuk beberapa kitab hadis,
seperti kitab al-Jami al-Sagir min Ahadis al-Basyir al-Nazir karya
al-Suyuti dan kitab al-Mujam al-Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi
karya Arnold John Wensick.
Kedua, takhrij al-hadis bil maudu, yaitu
upaya pencarian hadis pada kitab-kitab hadis berdasarkan topik masalah yang
dibahas oleh sejumlah matn hadis, maka digunakan kitab Miftah Kunuz
al-Sunnah karya Arnold John Wensick.[19]
[2] Suryadi, Muhammad al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis,
(Yogyakarta:Teras, 2009), h.34
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Secara etimologi kata “Takhrij”
berasal dari akar kata: خرج
يخرج خروجا kemudian mendapat tambahan
tasydid/ syiddah pada ra (‘ain fi’il) menjadi:خرج يخرج
تخريجا yang berarti menampakkan, mengeluarkan,
menerbitkan, menyebutkan dan menumbuhkan.
Secara terminologi, takhrij
adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, yang diriwayatkan
lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
takhrij meliputi hal-hal berikut:
1.
Menunjukkan letak hadis dalam sumber-sumber aslinya.
2.
Menerangkan rangkaian sanad.
3.
Menjelaskan nilai hadis bila perlu.
Adapun beberapa urgensi dalam melakukan takhrij hadis sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.
2.
Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
3.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mutabi pada
sanad yang diteliti.
Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan
yang ingin dicapai. Tujuan pokok dari takhrij yang ingin dicapai seorang
peneliti adalah:
1.
Mengetahui eksistensi suatu hadis apakah benar suatu hadis yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku hadis atau tidak.
2.
Mengetahui sumber otentik suatu hadis dari buku hadis apa saja didapatkan.
3.
Mengetahui ada berapa tempat hadis tersebut dengan sanad yang berbeda di
dalam sebuah buku hadis atau dalam beberapa buku induk hadis.
4.
Mengetahui kualitas hadis.
Metode takhrij yang dikemukakan
oleh Mahmud at-Tahhan ada lima cara sebagai berikut:
1.
Takhrij dengan cara mengetahui periwayat pertama hadis dari sebagian
sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij.
2.
Takhrij dengan cara mengetahui lafal pertama dari matn hadis yakni takhrij
yang dapat dilakukan apabila lafal pertama dari hadis yang bersangkutan dapat
diketahui dengan tepat.
3.
Takhrij dengan cara mengetahui salah satu dari lafal yang ada dalam matn
hadis, yakni metode yang dapat ditempuh dengan menggunakan al-Mu’jam
al-Mufahras li Alfaz al- Hadis An-Nabawiy.
4.
Takhrij dengan cara mengetahui tema hadis, yakni metode yang dapat
diterapkan bagi orang yang mempunyai kemampuan dan kemahiran dalam bidang
hadis.
5.
Takhrij dengan cara mengetahui sifat khusus dari sanad dan matn hadis,
yakni metode yang dapat diterapkan dengan memperhatikan keadaan sanad dan matn,
setelah itu dicari asal hadis yang mempunyai keadaan dan sifat tersebut, baik
dari segi sanad maupun matnnya.
Sedangkan
metode takhrij hadis menurut M. Syuhudi Ismail menyebutkan secara umum ada dua
cara sebagai berikut:
1.
Takhrij al- Hadis bil al-Alfaz, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab, dengan cara menelusuri matn
hadis yang bersangkutan berdasarkan lafal dari hadis yang dicarinya.
2.
Takhrij al-Hadis bi al-Mawdu’, yakni upaya pencarian hadis pada kitab-kitab berdasarkan topik masalah
yang dibahas oleh sejumlah matn hadis.
Beberapa kitab yang bisa dipakai dalam metode
takhrij dengan mengetahui rawi hadis yang pertama maka kitab-kitab sebagai
rujukan dalam takhrij hadis adalah:
1. Kitab-kitab Musnad
Di
antara kitab-kitab musnad ialah:
a.
Musnad Ahmad ibn Hanbal
b.
Musnad Abi Bakr Abd Allah ibn al-Zubair al-Humaidi
c.
Musnad Abi Daud Sulaiman ibn Dawud al-Tayalisi
d.
Musnad Abi Ishaq Ibrahim ibn Nasr
e.
Musnad Asad bin Musa al-Umawi
f.
Musnad Yahya ibn Abd al-Humaid al-Hamani
g.
Musnad Abi Khaisamah Zuhair bin Harb
h.
Musnad Musaddad ibn Musarhad al-Asadi al-Basri
i.
Musnad Abi Yala Ahmad ibn Ali al-Musani al-Mausili
j.
Musnad Aid ibn Humaid
k.
Musnad Ubaidillah ibn Musa al-Aisi
l.
Musnad Nuaim ibn Hammad
2. Kitab-kitab Mujam
Di
antara kitab mujam yang disusun berdasarkan nama sahabat ialah:
a.
Al-Mujam al-Kabir karya Abu
al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
b.
Al-Mujam al-Ausat karya Abu
al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
c.
Al-Mujam al-Sagir karya Abu
al-Qasim Sulaiman ibn Ahmad at-Tabarani
d.
Mujam al-Sahabah karya Ahmad
ibn Ali ibn Lali al-Hamdani
e.
Mujam al- Sahabah karya Abu
Yala Ahmad ibn Ali al-Mausili
3. Kitab-kitab Atraf
Di
antara kitab-kitab yang masyhur ialah:
a.
Atraf al-Sahihain karya Abu
Mas’ud Ibrahim ibn Muhammad al-Dimasyqi
b.
Atraf al-Sahihain karya Abu
Muhammad Khalaf ibn Muhammad al-Wasiti
c.
Al- Asyraf ala Marifah al-Atraf karya Abu al-Qasim Ali ibn al-Hasan
d.
Tuhfah al-Asyraf bii Marifah al-Atraf karya Abu al-Hajjaj Yusuf Abd al-Rahman al-Mazi
e.
Atraf al-Masanid al-Asyrah
karya Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad al-Busairi
f.
Ithaf al-Mahrah bi Atraf al-Asyrah karya Ahmad ibn Ali ibn
Hajar al-Aqalani
g.
Zakhair al-Mawaris fi al-Dilalah ala Mawadi al-Hadis karya Abd al-Gani al-Nabilisi
Adapun kitab-kitab yang digunakan dalam metode
mengetahui lafadz awal suatu hadis, antara lain:
1.
Kitab-kitab yang memuat hadis yang masyhur di masyarakat ialah:
a.
Al-Tazkirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Badr al-Din Muhammad ibn Abd Allah al- Zarkasyi
b.
Al-laali al-Mansurah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Ibn Hajar al-Asqalani
c.
Al-Maqasid al-Hasanah fi Bayan Kasir min al Ahadis al-Musytahirah ala
al-Alsinah karya al-Sakhawi
d.
Tamyiz al-Tayyib min al-Khabis fi ma Yadur ala Alsinah al-Nas min al-Hadis karya Abd al-Rahman ibn Ali ibn al-Diba
al-Syaibani
e.
Al-Durur al-Muntasirah fi al-Ahadis al-Musytahirah karya Jalal al-Din Abd al-Rahman al-Suyuti
2.
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan alfabetis, antara lain:
a.
Al-Jami al-Sagir min Hadis al-Basyir al-Nazir karya Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr
al-Suyuti
b.
Al-Jami al-Kabir karya Jalal
al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuti
c.
Al-Fath al-Kabir fi Damm la-Ziyadah ila al-Jami al-Sagir karya Yusuf al-Nabhani
3.
Kamus yang disusun pengarangnya untuk kitab tertentu, di antaranya:
a.
Sahih al-Bukhari, yaitu Hady al-Bari ila Tartib Ahadis al-Bukhari
b.
Sahih Muslim, yaitu Mujam al-Alfaz wa la Siyyama al-Garib minha
c.
Sahihain, yaitu Miftah
al-Sahihain
d.
Al-Muwatta, yaitu Miftah
al-Muwatta
e.
Sunan ibn Majah, yaitu Miftah
Sunan Ibn Majah
f.
Tarikh al-Bagdadi, yaitu Miftah al-Tartib li Ahadis Tarikh
al-Khatib
Metode dengan mengetahui sebagian lafadz hadis,
baik di awal, tengah maupun akhir matannya, maka kitab-kitab yang diperlukan
yaitu karya Arnold John Wensinck dengan judul al-Mu jam al-Mufahras li Alfaz
al-Hadis an-Nabawi.
Mengetahui suatu hadis termasuk dalam tema
tertentu yakni kitab yang disusun berdasar bab-bab atau masalah-masalah
tertentu.
Maka kitab-kitab yang diperlukan adalah:
1.
Kitab-kitab Jawami, seperti:
a.
Al-Jami al-Sahih, karya Abu
Abd Allah Muhammad ibn Ismail al-Bukhari
b.
Al-Jami bain al-Sahihain,
karya Ismail ibn Ahmad
c.
Al-Jami al-Sahih, karya Imam
Muslim
d.
Al-Jami bain al-Sahihain,
karya Muhammad ibn Abi Nasr al-Humaidi
2.
Kitab-kitab Mustakhraj, seperti:
a.
Mustakhraj Sahih al-Bukhari,
karya al-Gitrifi
b.
Mustakhraj Sahih Muslim,
karya Abu Awanan al-Isfirani
c.
Mustakhraj Sahihain, karya
Abu Nuaim al-Asbihani
3.
Kitab-kitab al-Majami, seperti:
a.
Al-Jam bain al-Sahihain,
karya al-Sagani al-Hasan ibn Muhammad
b.
Al-Jam bain al-Sahihain, karya
Abu Abd Allah ibn Abi Nasr Futuh al-Humaidi
c.
Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Abu al-Hasan Razin ibn Muawiyah al-Andalusi
d.
Al-Jam bain al-Usul al-Sittah, karya Ibn al-Asir
4.
Kitab-kitab Mustadrakat, seperti:
a.
Al-Mustadrak, karya al-Hakim
b.
Al-Mustadrak, karya Abu Zarr
al-Harawi
5.
Kitab-kitab Zawaid, seperti:
a.
Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah, karya al-Busairi
b.
Fawa’id al-Muntaqali Zawaid al-Baihaqi, karya al-Busairi
c.
Ittihaf al-Saddah al-Mahrah al-Khairah bi Zawaid al-Masanid al-Asyrah, karya al-Busairi
6.
Kitab Miftah Kunuz al-Sunnah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar