Anak Abah nang Manis

Anak Abah nang Manis
Nama mu hidup dalam hembusan pagi yg indah

Sabtu, 13 Februari 2016

evaluasi pendidikan, model evaluasi



PEMBAHASAN
LINGKUNGAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
TINJAUAN ISLAM DAN PSIKOLOGI
A.    Pengertian lingkungan pembelajaran
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim, geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, lingkungan adalah seluruh yang ada,  baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[1]
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya. Sedangkan lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di sekolah, lingkungan biotik berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan- hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
           Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Secara umum dapat diartikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
           Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktik pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Di sekolah merupakan lingkungan tempat berkumpulnya anak-anak yang memiliki umur yang sebaya dan wawasan pengetahuan yang relatif sederajat sekaligus menerima pengajaran yang sama sehingga mereka akan memasuki dan merasakan sebuah lingkungan yang berbeda sekali dengan lingkungan keluarga atau rumah yang pernah mereka rasakan. Adapun yang membedakan lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah antara lain :
1)        Suasana
Rumah adalah tempat anak-anak itu lahir dan kelahirannya juga disambut dengan sukacita. Kemudian setelah itu mereka diasuh oleh kedua orang tua mereka dengan penuh kasih sayang. Sedangkan di sekolah mereka akan menghadapi guru yang tak mereka kenal dan kasih sayang guru juga tak sedalam kasih sayang kedua orangnya.
2)        Tanggung jawab
Di rumah, dikarenakan ayah dan ibu sebagai orang tua kandung anak-anak mereka, maka sudah barang tentu orang tua tersebut memiliki perhatian yang lebih terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya. Sebaliknya di sekolah guru yang seharusnya memiliki kewajiban untuk mendidik peserta didiknya, sebagian besar guru merasa telah memenuhi kewajibannya ketika hanya berhasil menaikkan atau meluluskan peserta didiknya.
3)        Kebebasan
Ketika di rumah anak memiliki kebebasan yang lebih dalam gerak-geriknya, ia bebas makan ketika lapar, atau tidur ketika ngantuk. Sedangkan di sekolah kebebasan semacam itu tak bisa di dapatkannya karena di lingkungan sekolah terdapat berbagai aturan-aturan yang harus dipatuhi.
4)        Pergaulan
Pergaulan di rumah senantiasa diliputi suasana kasih sayang, saling mengerti dan saling bantu membantu, meskipun terkadang terdapat pertikaian antara kakak dan adik, tetapi di luar rumah pasti kakak senantiasa melindungi adiknya. Di sekolah pergaulan antara peserta didik acapkali lebih “lues”. Mereka harus menghargai hak dan kepentingan masing-masing.
Hal-hal diatas, menunjukkan perbedaan yang asasi antara rumah dengan sekolah. Rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya. Pemeliharaan orang tua terhadap anak bukan diperoleh dari suatu pengalaman, melainkan adalah sifat yang naluriah. Sekolah yang dibuat sendiri oleh manusia, karena semakin tinggi tingkat kebudayaan, maka tuntutan masyarakat bertambah tinggi pula. Lingkungan rumah tak lagi mampu mendidik anak dengan maksimal. Dengan demikian masyarakat mendirikan sekolah-sekolah, yang disana dilaksanakan pendidikan untuk anak disertai peraturan-peraturan tertentu.[2]
Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri.[3]
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian. Pengaruh lingkungan ini tentu dianalisis dengan menggunakan paradigma pendidikan Islam. Lingkungan dalam perspektif pendidikan Islam harus menunjang tercapainya tujuan pendidikan Islam. Jika lingkungan tidak sinergis dengan pencapaian tujuan pendidikan, maka ketercapaian tujuan pendidikan Islam sangat sulit dilakukan.[4]
Dalam perspektif pendidikan Islam, lingkungan dapat memberi pengaruh yang positif atau negatif terhadap pertumbuhan jiwa dan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan yang dapat terjadi pada anak diantaranya adalah akhlak dan sikap  keberagamaannya. Mengingat besarnya pengaruh lingkungan terhadap kepribadian dan watak anak, maka dalam perspektif pendidikan Islam lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan fisiologis, psikologis dan sosio-kultural.[5]
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan  material jasmani di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system saraf, peredaran darah, pernapasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan, dan kesehatan jasmani.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak konsesi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa: sifat-sifat genes, interaksi genes, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kafasitas intelektual.
Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan penyuluhan.[6]
B.     Ruang lingkup lingkungan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai.   Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana, serta fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana, prasarana, dan fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana, dan fasilitas fisik akan menghambat proses pendidikan dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antara pendidik dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik maupun para pendidik dan pihak lainnya. Tiap orang memiliki karakteristik pribadi masing-masing, sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Karakteristik ini meliputi karakteristik fisik seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman muka, gerak gerik, dan lain sebagainya. Sedangkan karakteristik psikis seperti sifat sabar, sifat jujur, setia, kemampuan intelektual, dan lain sebagainya.
Demikian juga dengan corak pergaulan, akan memberikan pengaruh terhadap peserta didik. Corak pergaulan yang keras akan memberikan warna keras pada sifat-sifat pribadi peserta didik, sebaliknya corak pergaulan yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat pribadi yang bersahabat pula.
Lingkungan intelektual merupakan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak, seperti sistem dan program-program pembelajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan  penerapan kemampuan berpikir.
Lingkungan lainnya adalah lingkungan nilai yang merupakan tata kehidupan nilai, baik nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu.[7]



Menurut Drs. Abdurrahman Saleh, ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan anak, yaitu :
a. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
b. Lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
c. Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan dalam kehidupan agama. Lingkungan ini memberikan motivasi yang kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan yang ada. Apabila lingkungan ini ditunjang dengan pimpinan yang baik dan kesempatan yang memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun baik pula.
Dari uraian tersebut, lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1) Pengaruh lingkungan positif, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam.
2) Pengaruh lingkungan negatif, adalah lingkungan yang menghalangi anak untuk menerima, memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam.
3) Lingkungan netral, adalah lingkungan yang tidak memberikan dorongan untuk meyakini atau mengamalkan agama, dan juga tidak melarang anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam.[8]
C.    Lingkungan pembelajaran yang efektif tinjauan Islam
Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) , bahwa lingkungan sekitar meliputi kondisi dalam dunia yang mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sedangkan menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, meliputi:

1. Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai, danau, lautan, dan lain sebagainya.
2.  Lingkungan sosial, seperti rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.[9]
Sedangkan menurut para ahli mengatakan bahwa manusia lahir ke dunia, dalam suatu lingkungan dengan pembawaan tertentu. Pembawaan yang potensial tersebut itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan akibat interaksi dengan lingkungan. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dicapai oleh seseorang, akan tetapi lingkungan akan menentukan menjadi seseorang individu dalam kenyataan.
Lingkungan merupakan salah satu factor pendidikan yang ikut serta menentukan corak pendidikan Islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik. Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang berupa keadaan sekitar yang mempengaruhi pendidikan anak. Untuk melaksanakan pendidikan Islam  di dalam lingkungan ini perlu kiranya diperhatikan factor-faktor yang ada di dalamnya sebagai berikut:
a.       Perbedaan lingkungan keagamaan
Yang dimaksud dengan lingkungan ini ialah lingkungan alam sekitar di mana anak didik berada, yang mempunyai pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya. Lingkungan ini besar sekali peranannya terhadap keberhasilan atau tidaknya pendidikan agama karena lingkungan ini memberikan pengaruh yang positif maupun yang negatif terhadap perkembangan anak didik.
Dengan faktor lingkungan yang demikian itu yakni yang menyangkut pendidikan agama perlu anak didik di beri pengertian dan pengajaran dasar-dasar keimanan. Lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik yaitu lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama, lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan batin dan lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama. Hal yang demikian ini sebagaimana dalam firman Allah SWT surat Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣

b.      Latar belakang pengenalan anak tentang keagamaan
Di samping pengaruh perbedaan lingkungan anak dari kehidupan agama, maka timbul suatu masalah yang ingin diketahui  anak tentang seluk beluk  agama. Masalah tersebut perlu mendapat perhatian sepenuhnya dari pendidikan (orang tua dan guru agama). Untuk memecahkan masalah ini perlu mengadakan pendekatan terhadap anak didik untuk memberi penjelasan dan membawanya agar anak didik menyadari dan melaksanakan apa yang di perintahkan dan dilarang agama, serta mengerjakan hal-hal yang baik dan beramal saleh. Oleh karena itu para pendidik harus dapat membawa anak didik kearah kehidupan keagamaan sesuai dengan ajaran agama.[10]
Dengan demikian agar tidak menimbulkan keraguan terhadap anak didik akan agama ini, maka sejak kecil sebelum menginjak usia sekolah harus ditanamkan keagamaan. Sebab anak pada saat yang demikian ini dalam keadaan masih bersih dan mudah di pengaruhi. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:




Di dalam sumber ajaran Islam, yakni al Qur’an dan as Sunnah terdapat petunjuk bahwa Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberikan contoh yang lengkap tentang cara mengelola dunia yang demikian besar dan kompleks. Di dunia tersebut terdapat ciptaan-Nya berupa langit, bumi, matahari, bintang, gunung, lautan, binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan berbagai makhluk-Nya yang amat beragam. Masing-masing ciptaan Allah yang demikian luas dan kompleks tersebut ternyata dapat menampakkan sebagai sebuah sistem  yang harmonis, tertib, dan terkendali.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah maha pengelola alam jagat raya tersebut. Kenyataan ini dapat dilihat dalam isyarat yang terdapat dalam firman Allah surah al Mulk ayat 1-3 yang berbunyi:
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ ٢
ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ ٣
Di dalam ayat tersebut terlihat, bahwa Allah telah menunjukkan salah satu kekuasaan-Nya, yaitu mengelola alam jagat raya ciptaannya dengan tertib dan karenanya telah mendatangkan berbagai manfaat bagi umat manusia. Kunci kesuksesan Allah dalam mengelola alam jagat raya tersebut sebagai besar bertumpu pada konsep keseimbangan dalam arti yang seluas-luasnya. Yakni seimbang dalam pengaturan waktu, volume, beban, dan lain sebagainya.
Kekuasaan Allah dalam mengelola alam yang harmonis dan seimbang itu terjadi karena Allah memiliki berbagai sifat kesempurnaan sebagaimana yang tergambar dalam asma al husna-Nya, seperti sifat yang kasih sayang, adil, bijaksana, lemah lembut, mengetahui, mengawasi, dan seterusnya. Sifat-sifat Allah yang demikian itu dapat dilihat sebagai prinsip-prinsip yang harus ditegakkan dalam mengelola alam jagat raya.
Kepiawaian Allah dalam mengelola alam jagat raya yang berat dan kompleks itu seharusnya menjadi inspirasi bagi para pemimpin Negara, dan juga guru dalam memimpin berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yaitu bagaimana menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif. Demikian pula Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepiawaian dalam mengelola dan membina masyarakat dari yang semula dalam keadaan kacau balau menjadi masyarakat yang tertib, rukun, dan damai.[11]
Bagaimana membangun lingkungan keluarga yang efektif dari berbagai melek media sekarang yang digenderungi oleh anak-anak dan bagaimana cara mengatasi hal tersebut ?
Menurut Islam, salah satu hak yang harus diberikan kepada anak adalah tempat tinggal yang Islami dipenuhi ketenangan. Hidup di dalamnya kedua orang tua yang senantiasa menjalankan kewajiban serta perintah-perintah agama. Jujur dalam berprilaku, berakhlak mulia, senantiasa menjalankan semua kewajiban dan perintah agama serta urusan dunia dengan keikhlasan dan kejujuran.
Pendidikan anak yang sebenarnya bermula dari peniruan dan penyampaian. Kenyataan ini dapat dilihat dari kebiasaan seorang anak di saat mendapatkan orang tuanya senantiasa membaca al Qur’an. Ia pun akan menggiring dirinya untuk membaca sambil menghafalkannya. Kebiasaan ini akan mewarnai kebiasaan anak untuk berprilaku baik.
Di saat ia menyaksikan orang tuanya mendirikan shalat dan berpuasa di bulan Ramadan, maka sesungguhnya  gambaran dari kebiasaan ini akan mengendap dalam otaknya sejak kecil kemudian ia pun akan memulai untuk menerka dan meniru pola kehidupan kedua orang tuanya. Contoh yang baik dalam hal ini adalah memberikan tauladan yang sempurna dipenuhi dengan segala keutamaan.
 Seorang anak yang menyaksikan orang tua mementingkan perasaan emosionalnya dan menutup diri dari perbuatan-perbuatan terpuji di dalam agama seperti berbohong, bersikap khianat, aniaya, dan kikir, maka semua perilaku tersebut dapat  mengakar secara kuat dan alamiah dalam diri anak  sesuai dengan semua perilaku yang telah disaksikan.
Beberapa cara mengatasi anak dari dampak negatif media adalah
1.      Pendidikan agama yang lebih mendalam
Tak pelak lagi, pemahaman anak tentang agama sekarang ini harus diberi porsi besar. Agama adalah integrasi dalam setiap problema kehidupan sehingga agama harus menjadi obat yang manjur apabila diri kita terkena penyakit-penyakit social masyarakat. Dengan perkembangan teknologi dan media, pemahaman anak terhadap agama akan menjadi tameng yang akan melindunginya dari pengaruh negatif media.
2.      Mengetahui terlebih dahulu isi media informasi untuk anak kita
Jika anak ingin membeli komik, VCD, atau DVD, usahakan anda mengetahui terlebih dahulu  isi media tersebut sebelum diberikan kepada anak, dengan membaca atau menontonnya sehingga anda akan peka terhadap unsur-unsur pornografi yang terkait.
3.      Mendampingi anak dalam menggunakan media informasi
Seyogianya mendampingi anak-anak saat mereka menggunakan media informasi. Pada saat menonton televisi, orang tua haruslah mendampingi anak-anak. Hal ini semestinya sederhana, tetapi kebanyakan terbentur dengan kesibukan pekerjaan sehari-hari sehingga orang tua tak punya waktu lagi untuk mendampingi anak-anak menonton televise. Demikian pula, saat menggunakan internet, usahakan anda ikut terlibat di dalamnya sehingga orang tua juga dituntut untuk memahami computer dan internet.
4.      Membuat kesepakatan aturan menggunakan media informasi
Orang tua harus membuat kesepakatan aturan untuk menggunakan media informasi. Persoalan yang sering terjadi adalah anak kita sedang keranjingan bermain video game, dia bahkan melakukannya sampai lupa waktu sehingga orang tua sulit untuk langsung melarangnya sebab video game sendiri seperti punya daya sihir luar biasa yang menarik perhatian penggunanya. Jangankan anak-anak, orang tua pun terkadang ikut tergila-gila dengan video game. Saran praktis untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan membuat kesepakatan waktu untuk bermain video game setiap harinya. Contohnya, kesepakatan dengan anak untuk bermain video game selama satu jam pada pukul empat sampai lima sore pada hari sabtu, minggu, dan rabu.
5.      Menggunakan media informasi menjadi sarana belajar dan membuat proyek
Seyogianya orang tua meminta dan mengajari anak membuat proyek kreatif, misalnya menulis puisi, artikel, atau cerita, menggambar, kemudian membantu mereka untuk bisa menampilkan hasil karya mereka dalam situs anak yang dapat menampung aspirasi mereka. Jika mungkin, anda buatkanlah situs sendiri, misalnya dengan membuat blog. Media internet sebenarnya dapat menjadi tantangan untuk membuat penelitian dengan narasumber dari berbagai situs yang dapat dicari dengan berselancar di internet. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua tetap mendampingi mereka mencari data.
6.      Mengetahui cara membendung dan menghindari situs-situs porno
Pengetahuan tentang cara membendung dan menghindari situs-situs porno sangatlah vital untuk dipahami dan dikuasai orang tua. Sebenarnya, cara melindungi agar media internet aman untuk anak tidaklah begitu sulit dan orang tua dapat belajar dengan mudah dan cepat. Sebagai pengetahuan untuk orang tua dengan mencoba menginstall perangkat lunak parental lock, menggunakan safe search google atau telusur aman, mengeset mesin kendali pada ISP, dan anak-anak dikenalkan pada situs yang aman dan bermanfaat untuk usianya.
Bagaimana pembelajaran yang efektif dari tinjauan Islam ? menurut saya adalah lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan, demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus di ciptakan sedemikian rupa dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Manusia yang baru di lahirkan perlu memperoleh pendidikan dari orang tua mereka dengan tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
Lingkungan pendidikan Islam identik dengan madrasah, lembaga ini akan menjalankan proses pendidikan yang berdasarkan konsep-konsep yang telah di bangun dalan sistem pendidikan Islam. Dengan adanya keseimbangan antara pengetahuan agama dan umum di setiap jenjang pendidikan.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang lebih luas turut berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan. Oleh karena itu, dalam pendidikan anak di tuntut untuk memilih lingkungan yang mendukung pembelajaran anak dan menghindari masyarakat yang buruk.


D.    Lingkungan pembelajaran yang efektif tinjauan psikologi
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social manusia secara efisien dan efektif.[12]
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan  berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak yang hidup di dalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu pernapasan. Udara yang terlalu dingin menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara yang terlalu panas menyebabkan anak didik kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap belajar anak didik di sekolah. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.[13]
Adapun lingkungan fisik dalam proses pembelajaran yaitu:
1.      Tempat belajar
Meja belajar sebaiknya tidak menghadap ke pintu atau jendela karena saat belajar mudah sekali terganggu oleh keadaan yang terjadi di sekitarnya. Meja belajar di letakkan di sebelah kiri jendela atau sebelah kanan jendela agar sinar matahari atau lampu tidak menimbulkan bayangan pada waktu belajar menulis. Di atas meja, hanya ada alat-alat yang di pergunakan, barang-barang lain apapun yang mengganggu perhatian dan konsentrasi sebaiknya di singkirkan.  
2.      Penerangan
Sumber cahaya yang terbaik saat belajar adalah matahari. Jangan belajar berlarut-larut dengan menggunakan cahaya pemasang listrik atau lampu minyak tanah yang redup karena mudah merusak mata dan menimbulkan kelelahan. Jangan memakai penerangan listrik langsung, misalnya lampu neon di letakkan rendah di tembok atau pantulan cahaya mengenai mata sehingga menyilaukan. Jangan ada perbedaan yang sangat mencolok antara penerangan untuk meja belajar dan penerangan dalam ruangan. Penerangan yang dianjurkan adalah penerangan tidak langsung, yakni penerangan yang berasal dari posisi sebelah kiri dan berdekatan dengan posisi siku tangan kiri. Sumber cahaya hendaknya berada di atas medan penglihatan  karena cahaya yang langsung mengenai mata akan menyilaukan dan mengganggu.
3.      Ruang belajar, ventilasi dan suhu udara
Ruangan selalu bersih. Perabot dalam ruangan belajar supaya ditata dengan rapi agar menimbulkan rasa nyaman dan menyenangkan. Jangan belajar di tempat kotor karena hasil belajar tidak efektif dan akan berakibat mudah terserang penyakit dan jangka waktu belajar menjadi terasa lama. Ruang belajar berventilasi sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang baik. Udara yang kotor dari dalam ruangan dapat dikeluarkan dari ruangan. Belajar dalam ruangan yang tidak berventilasi dapat menyebabkan kepala mudah pusing dan badan mudah berkeringat karena suhu badan akan meninggi pada waktu belajar. Sebaliknya untuk kamar dan jendela terbuka untuk memudahkan peredaran udara dalam ruangan, otak dapat bekerja maksimal jika kadar oksigen yang mengalir dalam darah mencukupi. Jagalah agar suhu udara dalam ruangan belajar tidak terlalu panas atau dingin. Suhu udara antara 18-23 derajat celcius. Jika tidak ada alat pengatur suhu dalam ruangan, maka

bukalah

semua jendela dan pintu untuk menjaga kestabilan suhu dalam ruangan belajar.
4.      Gangguan kebisingan
 Belajar adalah usaha sadar. Oleh karena itu, belajar harus konsentrasi sebab konsentrasi dan perhatian saat belajar memegang peranan penting untuk memusatkan perhatian. Faktor-faktor luar yang bersifat mengganggu harus dapat di kendalikan. Kebisingan di sekitar tempat belajar dapat merusak konsentrasi dan hasil belajar yang di harapkan tidak tercapai, oleh karena itu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Ruang belajar sebaiknya terletak di ruangan yang jauh dari sumber suara/ bunyi yang mengganggu, misalnya tidak menghadap ke jalan raya, pasar, rekreasi, dan lain sebagainya.
b.      Untuk menjaga kesehatan alat pendengaran, perlu di hindari frekuensi suara atau nada-nada yang tinggi dan intensitas bunyi yang tinggi. Orang yang secara terus menerus berada di dekat atau di sekitar sumber bunyi dengan intensitas yang tinggi akan merugikan pendengarannya.[14]
Sedangkan lingkungan sosial psikologis yaitu adanya suasana hubungan serasi dan harmonis antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan seluruh stakeholder dalam suatu lingkungan pendidikan. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan interaksi social. Saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan social. Berbicara, bersenda gurau, memberi nasihat, dan bergotong royong merupakan interaksi social dalam tatanan kehidupan masyarakat.[15]
Bagaimana menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif di sekolah ?
Secara eksplisit bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, social, dan budaya. Lingkungan social pembelajaran di kelas maupun di sekolah (kantor guru dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap proses kegiatan belajar mengajar.
Beberapa ketentuan dalam menciptakan lingkungan kelas yang efektif sebagai berikut:
1.      Peralatan- kelas yang besar memerlukan peralatan terperinci dan teliti; perubahan kelas secara tiba-tiba sukar dilaksanakan; bahan dan teknologi pembelajaran seperti nota, transparanse, dan mikrofon perlu disediakan bersesuaian dengan ukuran kelas dan memerlukan waktu yang secukupnya untuk menyiapkan peralatan.
2.      Pembelajaran- kepentingan eye-contact dengan siswa; pastikan kejelasan suara sehingga boleh di dengar di  belakang kelas, dalam berinteraksi dengan siswa dalam kelas, focus kepada susunan U (barisan belakang dan tepi) bukan kepada T (barisan depan dan tengah) terutama apabila bertanya atau berinteraksi dengan siswa, apabila guru ingin siswa mencatat, beritahu siswa dan di bacakan atau gunakan OHP serta berikan waktu yang mencukupi untuk siswa menyalin, jika ingin memberi catatan edaran, berikan di awal atau akhir pembelajaran dengan meletakkan di hadapan kelas supaya siswa boleh mengambilnya pada waktu masuk atau keluar.
3.      Bertanya-prosedur menanyakan dalam kelas besar berbeda dengan kelas kecil. Guru perlu menjelaskan kepada siswa peraturan yang digunakan pada saat belajar. Ketika guru berhenti menjelaskan, siswa diperbolehkan bertanya atau secara pribadi selepas pembelajaran di kelas.
4.      Personalizing the class; tiadanya hubungan erat antara guru dengan siswa (impersonality); untuk mengatasi masalah ini guru boleh menggunakan cara sebagai berikut:
a.      Berdiri di hadapan siswa dari waktu ke waktu.
b.      Jika sesi merupakan aktivitas keseluruhan kelas, jangan berbicara secara individu dengan siswa yang berdekatan tetapi melayani seluruh siswa melalui mikrofon sementara melihat kepada kedudukan U.
c.       Pada permulaan kelas, minta siswa yang duduk bersebelahan memperkenalkan diri kepada satu sama lain.
d.      Datang ke kelas lebih awal atau tinggalkan kelas setelah siswa keluar semua untuk membolehkan siswa berjumpa dengan anda jika ada keterangan yang belum jelas.
e.       Masukkan unsur jenaka yang relevan untuk menghidupkan suasana kelas.
Suasana lingkungan sekolah, anak- anak menghadapi guru yang tak mereka kenal dan kasih sayang guru juga tak sedalam kasih sayang kedua orang tuanya karena menurut saya wajar saja, di mana seorang guru memiliki keterbatasan waktu dalam memberikan pembelajaran, terkadang hanya berfokus pada pemberian materi, pemberian tugas, dan lain sebagainya. Ada hal yang terlupakan dalam proses mengajar itu semestinya seorang guru juga mendidik siswa sebagaimana mendidik anak di rumah atau dengan istilah menganggap siswa sebagai anak kandung. Namun ada hal yang perlu kita cermati, terkadang seorang guru belum berkeluarga sehingga tidak ada rasa mencintai siswa sebagai anak apalagi guru tersebut belum memiliki anak atau bahkan di usia senja belum juga berkeluarga, akan tetapi ada hal yang terpenting dalam proses pembelajaran yang mestinya di ketahui oleh seorang guru yaitu psikologi anak.
Adapun proses pembentukan lingkungan yang akademis bagi sebuah lembaga pendidikan adalah dengan adanya minat dan penjelasan terhadap isi kandungan dalam pembelajaran, memberi perhatian pada pembelajaran dan menghormati siswa, memberi umpan balik terhadap kerja siswa yang sesuai, adanya tujuan pembelajaran yang jelas dan menantang intelektual siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar, adanya kebebasan-pendampingan dan penglihatan aktif, dan seorang guru belajar dari siswa. Demikian lah cara menciptakan lingkungan akademis.
Lingkungan dalam hal ini terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Lingkungan fisik
a.      Kondisi bangunan dan lokasi sekolah
b.      Fasilitas dan sarana umum
2.      Lingkungan sosial di sekolah
a.      Sikap dan penampilan seorang guru
b.      Sikap dan perlakuan siswa
c.       masyarakat
Bagaimana menciptakan lingkungan pembelajaran yang tidak kondusif seperti sekolah yang ada di Kelayan, seorang guru bisa mencoba menutupi suara bising-putih dengan memainkan background music yang tenang, atau pergunakan pancuran kecil atau akuarium ikan untuk menghasilkan lebih alami, suara-suara lingkungan. Dorong agar semua yang di sekolah menjaga ketenangan, maka tidak boleh ada interupsi di intercom atau tidak membolehkan alat pemeliharaan ruangan (seperti mesin penghembus/ blower daun) di luar kelas.
Jika tidak terhindarkan ruangan belajar yang berdekatan dengan sumber kebisingan, jalan keluarnya adalah dengan cara:
1.      Menyesuaikan tempat belajar dengan lingkungan yang ada dengan menjauhi sumber kebisingan.
2.      Meningkatkan konsentrasi terhadap pelajaran dan mengambil sikap tak acuh terhadap rangsangan-rangsangan bunyi di sekitar.


[1] Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 63
[2] Ibid.,  h.73
[3] http://blog.re.or.id/pendidikan-islam-indonesia.htm

[4]http://mhdkosim.blogspot.com/2008/12/makalah-filsafat-pendidikan-islam.html
[5] Nur Uhbiyati dan Abu  Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997) h. 234
[6] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hh. 129-130
[7] Nana Syaodih Sukmadinata, Erliany Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hh. 3-4
[8] M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hh. 298-300
[10] Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hh.173-175
[11] Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hh.350-352
[12] Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 163
[13] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hh. 177-178
[14] Tabrani Rusyan, Membangun Guru Berkualitas, (Jakarta: Pustaka Dinamika, 2014), hh. 275-278
[15] Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, h. 179

Tidak ada komentar:

Posting Komentar