PEMBAHASAN
LINGKUNGAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
TINJAUAN ISLAM DAN PSIKOLOGI
A. Pengertian
lingkungan pembelajaran
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim, geografis,
tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata
lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam
kehidupan yang senantiasa berkembang, lingkungan adalah seluruh yang ada,
baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak atau
tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan
seseorang.[1]
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan
lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk didalamnya.
Sedangkan lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan
alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat
berada di sekolah, lingkungan biotik berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru
serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis
tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan- hewan yang ada di sekitarnya.
Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung
sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Secara umum dapat diartikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktik pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pembelajaran adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Secara umum dapat diartikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktik pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Di sekolah merupakan lingkungan tempat berkumpulnya
anak-anak yang memiliki umur yang sebaya dan wawasan pengetahuan yang relatif
sederajat sekaligus menerima pengajaran yang sama sehingga mereka akan memasuki
dan merasakan sebuah lingkungan yang berbeda sekali dengan lingkungan keluarga
atau rumah yang pernah mereka rasakan. Adapun yang membedakan lingkungan
keluarga dengan lingkungan sekolah antara lain :
1)
Suasana
Rumah adalah tempat anak-anak itu lahir dan kelahirannya
juga disambut dengan sukacita. Kemudian setelah itu mereka diasuh oleh kedua
orang tua mereka dengan penuh kasih sayang. Sedangkan di sekolah mereka akan
menghadapi guru yang tak mereka kenal dan kasih sayang guru juga tak sedalam
kasih sayang kedua orangnya.
2)
Tanggung jawab
Di rumah, dikarenakan ayah dan ibu sebagai orang tua kandung
anak-anak mereka, maka sudah barang tentu orang tua tersebut memiliki perhatian
yang lebih terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya. Sebaliknya di
sekolah guru yang seharusnya memiliki kewajiban untuk mendidik peserta
didiknya, sebagian besar guru merasa telah memenuhi kewajibannya ketika hanya
berhasil menaikkan atau meluluskan peserta didiknya.
3)
Kebebasan
Ketika di rumah anak memiliki kebebasan yang lebih dalam
gerak-geriknya, ia bebas makan ketika lapar, atau tidur ketika ngantuk.
Sedangkan di sekolah kebebasan semacam itu tak bisa di dapatkannya karena di lingkungan
sekolah terdapat berbagai aturan-aturan yang harus dipatuhi.
4)
Pergaulan
Pergaulan di rumah senantiasa diliputi suasana kasih sayang,
saling mengerti dan saling bantu membantu, meskipun terkadang terdapat
pertikaian antara kakak dan adik, tetapi di luar rumah pasti kakak senantiasa
melindungi adiknya. Di sekolah pergaulan antara peserta didik acapkali lebih “lues”.
Mereka harus menghargai hak dan kepentingan masing-masing.
Hal-hal diatas, menunjukkan perbedaan yang asasi antara
rumah dengan sekolah. Rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Pemeliharaan orang tua terhadap anak bukan diperoleh dari suatu pengalaman, melainkan
adalah sifat yang naluriah. Sekolah yang dibuat sendiri oleh manusia, karena
semakin tinggi tingkat kebudayaan, maka tuntutan masyarakat bertambah tinggi
pula. Lingkungan rumah tak lagi mampu mendidik anak dengan maksimal. Dengan
demikian masyarakat mendirikan sekolah-sekolah, yang disana dilaksanakan
pendidikan untuk anak disertai peraturan-peraturan tertentu.[2]
Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu
pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam,
lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik
pendidikan Islam itu sendiri.[3]
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan
dengan institusi atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan
dalam al-Qur’an secara eksplisit, akan tetapi terdapat beberapa isyarat yang
menunjukkan adanya lingkungan pendidikan tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian
pendidikan Islam pun, lingkungan pendidikan mendapat perhatian. Pengaruh
lingkungan ini tentu dianalisis dengan menggunakan paradigma pendidikan Islam.
Lingkungan dalam perspektif pendidikan Islam harus menunjang tercapainya tujuan
pendidikan Islam. Jika lingkungan tidak sinergis dengan pencapaian tujuan
pendidikan, maka ketercapaian tujuan pendidikan Islam sangat sulit dilakukan.[4]
Dalam perspektif pendidikan Islam, lingkungan dapat memberi
pengaruh yang positif atau negatif terhadap pertumbuhan jiwa dan kepribadian
anak. Pengaruh lingkungan yang dapat terjadi pada anak diantaranya adalah
akhlak dan sikap keberagamaannya. Mengingat besarnya pengaruh lingkungan
terhadap kepribadian dan watak anak, maka dalam perspektif pendidikan Islam
lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan fisiologis, psikologis dan
sosio-kultural.[5]
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi
dan material jasmani di dalam tubuh
seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system saraf, peredaran darah,
pernapasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel
pertumbuhan, dan kesehatan jasmani.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi
yang diterima oleh individu mulai sejak konsesi, kelahiran sampai matinya.
Stimulasi itu misalnya berupa: sifat-sifat genes, interaksi genes, selera,
keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan
kafasitas intelektual.
Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap
stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun
karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup
masyarakat, latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan
penyuluhan.[6]
B.
Ruang lingkup lingkungan
Proses pendidikan selalu berlangsung
dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup
lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam
dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan
dukungan dan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana,
prasarana, serta fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana, prasarana, dan
fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung
berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana, dan
fasilitas fisik akan menghambat proses pendidikan dan menghambat pencapaian
hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial merupakan
lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antara pendidik dengan peserta
didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan
antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta
didik maupun para pendidik dan pihak lainnya. Tiap orang memiliki karakteristik
pribadi masing-masing, sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok.
Karakteristik ini meliputi karakteristik fisik seperti tinggi dan besar badan,
nada suara, roman muka, gerak gerik, dan lain sebagainya. Sedangkan
karakteristik psikis seperti sifat sabar, sifat jujur, setia, kemampuan
intelektual, dan lain sebagainya.
Demikian juga dengan corak
pergaulan, akan memberikan pengaruh terhadap peserta didik. Corak pergaulan
yang keras akan memberikan warna keras pada sifat-sifat pribadi peserta didik,
sebaliknya corak pergaulan yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat
pribadi yang bersahabat pula.
Lingkungan intelektual merupakan
iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir.
Lingkungan ini mencakup perangkat lunak, seperti sistem dan program-program
pembelajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta
aktivitas-aktivitas pengembangan dan
penerapan kemampuan berpikir.
Lingkungan lainnya adalah lingkungan
nilai yang merupakan tata kehidupan nilai, baik nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial,
politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam
suatu daerah atau kelompok tertentu.[7]
Menurut Drs. Abdurrahman Saleh, ada tiga macam pengaruh lingkungan
pendidikan terhadap keberagamaan anak, yaitu :
a. Lingkungan yang
acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya
berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu
tentang hal itu.
b. Lingkungan yang
berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya
lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional
tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
c.
Lingkungan yang memiliki tradisi agama
dengan sadar dan dalam kehidupan agama. Lingkungan ini memberikan
motivasi yang kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan yang ada.
Apabila lingkungan ini ditunjang dengan pimpinan yang baik dan kesempatan yang
memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun baik pula.
Dari uraian tersebut, lingkungan pendidikan dapat dibedakan
menjadi tiga macam :
1) Pengaruh lingkungan positif, yaitu lingkungan yang
memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima,
memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam.
2) Pengaruh lingkungan negatif, adalah lingkungan yang
menghalangi anak untuk menerima, memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran
Islam.
3)
Lingkungan netral, adalah lingkungan yang tidak memberikan dorongan untuk
meyakini atau mengamalkan agama, dan juga tidak melarang anak-anak untuk
meyakini dan mengamalkan ajaran Islam.[8]
C.
Lingkungan pembelajaran yang efektif
tinjauan Islam
Lingkungan
merupakan sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi
perkembangannya. Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) , bahwa
lingkungan sekitar meliputi kondisi dalam dunia yang mempengaruhi tingkah laku
manusia, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sedangkan menurut Milieu, yang
dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu
yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, meliputi:
1. Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan,
sungai, danau, lautan, dan lain sebagainya.
2. Lingkungan sosial, seperti rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.[9]
Sedangkan
menurut para ahli mengatakan bahwa manusia lahir ke dunia, dalam suatu
lingkungan dengan pembawaan tertentu. Pembawaan yang potensial tersebut itu
tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat berkembang menjadi
bermacam-macam kenyataan akibat interaksi dengan lingkungan. Pembawaan
menentukan batas-batas kemungkinan yang dicapai oleh seseorang, akan tetapi
lingkungan akan menentukan menjadi seseorang individu dalam kenyataan.
Lingkungan
merupakan salah satu factor pendidikan yang ikut serta menentukan corak
pendidikan Islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik.
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang berupa keadaan sekitar
yang mempengaruhi pendidikan anak. Untuk melaksanakan pendidikan Islam di dalam lingkungan ini perlu kiranya
diperhatikan factor-faktor yang ada di dalamnya sebagai berikut:
a. Perbedaan lingkungan keagamaan
Yang dimaksud dengan lingkungan ini
ialah lingkungan alam sekitar di mana anak didik berada, yang mempunyai
pengaruh terhadap perasaan dan sikapnya akan keyakinan atau agamanya.
Lingkungan ini besar sekali peranannya terhadap keberhasilan atau tidaknya
pendidikan agama karena lingkungan ini memberikan pengaruh yang positif maupun
yang negatif terhadap perkembangan anak didik.
Dengan faktor lingkungan yang
demikian itu yakni yang menyangkut pendidikan agama perlu anak didik di beri
pengertian dan pengajaran dasar-dasar keimanan. Lingkungan yang dapat memberi
pengaruh terhadap anak didik yaitu lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama,
lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan
batin dan lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam
lingkungan agama. Hal yang demikian ini sebagaimana dalam firman Allah SWT
surat Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا
وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ
أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
١٣
b. Latar belakang pengenalan anak
tentang keagamaan
Di samping pengaruh perbedaan
lingkungan anak dari kehidupan agama, maka timbul suatu masalah yang ingin
diketahui anak tentang seluk beluk agama. Masalah tersebut perlu mendapat
perhatian sepenuhnya dari pendidikan (orang tua dan guru agama). Untuk
memecahkan masalah ini perlu mengadakan pendekatan terhadap anak didik untuk
memberi penjelasan dan membawanya agar anak didik menyadari dan melaksanakan
apa yang di perintahkan dan dilarang agama, serta mengerjakan hal-hal yang baik
dan beramal saleh. Oleh karena itu para pendidik harus dapat membawa anak didik
kearah kehidupan keagamaan sesuai dengan ajaran agama.[10]
Dengan demikian agar tidak
menimbulkan keraguan terhadap anak didik akan agama ini, maka sejak kecil
sebelum menginjak usia sekolah harus ditanamkan keagamaan. Sebab anak pada saat
yang demikian ini dalam keadaan masih bersih dan mudah di pengaruhi. Hal ini
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
Di dalam
sumber ajaran Islam, yakni al Qur’an dan as Sunnah terdapat petunjuk bahwa
Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberikan contoh yang lengkap tentang cara
mengelola dunia yang demikian besar dan kompleks. Di dunia tersebut terdapat
ciptaan-Nya berupa langit, bumi, matahari, bintang, gunung, lautan, binatang,
tumbuh-tumbuhan, manusia, dan berbagai makhluk-Nya yang amat beragam.
Masing-masing ciptaan Allah yang demikian luas dan kompleks tersebut ternyata
dapat menampakkan sebagai sebuah sistem
yang harmonis, tertib, dan terkendali.
Hal ini
menunjukkan bahwa Allah adalah maha pengelola alam jagat raya tersebut.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam isyarat yang terdapat dalam firman Allah
surah al Mulk ayat 1-3 yang berbunyi:
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ
ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١
ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ
وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ
٢
ٱلَّذِي خَلَقَ سَبۡعَ
سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ
ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ ٣
Di dalam
ayat tersebut terlihat, bahwa Allah telah menunjukkan salah satu kekuasaan-Nya,
yaitu mengelola alam jagat raya ciptaannya dengan tertib dan karenanya telah
mendatangkan berbagai manfaat bagi umat manusia. Kunci kesuksesan Allah dalam
mengelola alam jagat raya tersebut sebagai besar bertumpu pada konsep
keseimbangan dalam arti yang seluas-luasnya. Yakni seimbang dalam pengaturan
waktu, volume, beban, dan lain sebagainya.
Kekuasaan
Allah dalam mengelola alam yang harmonis dan seimbang itu terjadi karena Allah
memiliki berbagai sifat kesempurnaan sebagaimana yang tergambar dalam asma al
husna-Nya, seperti sifat yang kasih sayang, adil, bijaksana, lemah lembut,
mengetahui, mengawasi, dan seterusnya. Sifat-sifat Allah yang demikian itu
dapat dilihat sebagai prinsip-prinsip yang harus ditegakkan dalam mengelola
alam jagat raya.
Kepiawaian
Allah dalam mengelola alam jagat raya yang berat dan kompleks itu seharusnya
menjadi inspirasi bagi para pemimpin Negara, dan juga guru dalam memimpin
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yaitu bagaimana menciptakan lingkungan
pembelajaran yang efektif. Demikian pula Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan
kepiawaian dalam mengelola dan membina masyarakat dari yang semula dalam
keadaan kacau balau menjadi masyarakat yang tertib, rukun, dan damai.[11]
Bagaimana membangun lingkungan
keluarga yang efektif dari berbagai melek media sekarang yang digenderungi oleh
anak-anak dan bagaimana cara mengatasi hal tersebut ?
Menurut Islam, salah satu hak yang
harus diberikan kepada anak adalah tempat tinggal yang Islami dipenuhi
ketenangan. Hidup di dalamnya kedua orang tua yang senantiasa menjalankan
kewajiban serta perintah-perintah agama. Jujur dalam berprilaku, berakhlak
mulia, senantiasa menjalankan semua kewajiban dan perintah agama serta urusan
dunia dengan keikhlasan dan kejujuran.
Pendidikan anak yang sebenarnya
bermula dari peniruan dan penyampaian. Kenyataan ini dapat dilihat dari
kebiasaan seorang anak di saat mendapatkan orang tuanya senantiasa membaca al
Qur’an. Ia pun akan menggiring dirinya untuk membaca sambil menghafalkannya.
Kebiasaan ini akan mewarnai kebiasaan anak untuk berprilaku baik.
Di saat ia menyaksikan orang tuanya
mendirikan shalat dan berpuasa di bulan Ramadan, maka sesungguhnya gambaran dari kebiasaan ini akan mengendap
dalam otaknya sejak kecil kemudian ia pun akan memulai untuk menerka dan meniru
pola kehidupan kedua orang tuanya. Contoh yang baik dalam hal ini adalah
memberikan tauladan yang sempurna dipenuhi dengan segala keutamaan.
Seorang anak yang menyaksikan orang tua
mementingkan perasaan emosionalnya dan menutup diri dari perbuatan-perbuatan
terpuji di dalam agama seperti berbohong, bersikap khianat, aniaya, dan kikir,
maka semua perilaku tersebut dapat
mengakar secara kuat dan alamiah dalam diri anak sesuai dengan semua perilaku yang telah
disaksikan.
Beberapa cara mengatasi anak dari
dampak negatif media adalah
1.
Pendidikan agama yang lebih mendalam
Tak
pelak lagi, pemahaman anak tentang agama sekarang ini harus diberi porsi besar.
Agama adalah integrasi dalam setiap problema kehidupan sehingga agama harus
menjadi obat yang manjur apabila diri kita terkena penyakit-penyakit social
masyarakat. Dengan perkembangan teknologi dan media, pemahaman anak terhadap
agama akan menjadi tameng yang akan melindunginya dari pengaruh negatif media.
2.
Mengetahui terlebih dahulu isi media
informasi untuk anak kita
Jika
anak ingin membeli komik, VCD, atau DVD, usahakan anda mengetahui terlebih
dahulu isi media tersebut sebelum
diberikan kepada anak, dengan membaca atau menontonnya sehingga anda akan peka
terhadap unsur-unsur pornografi yang terkait.
3.
Mendampingi anak dalam menggunakan
media informasi
Seyogianya
mendampingi anak-anak saat mereka menggunakan media informasi. Pada saat
menonton televisi, orang tua haruslah mendampingi anak-anak. Hal ini semestinya
sederhana, tetapi kebanyakan terbentur dengan kesibukan pekerjaan sehari-hari
sehingga orang tua tak punya waktu lagi untuk mendampingi anak-anak menonton
televise. Demikian pula, saat menggunakan internet, usahakan anda ikut terlibat
di dalamnya sehingga orang tua juga dituntut untuk memahami computer dan
internet.
4.
Membuat kesepakatan aturan
menggunakan media informasi
Orang
tua harus membuat kesepakatan aturan untuk menggunakan media informasi.
Persoalan yang sering terjadi adalah anak kita sedang keranjingan bermain video
game, dia bahkan melakukannya sampai lupa waktu sehingga orang tua sulit untuk
langsung melarangnya sebab video game sendiri seperti punya daya sihir luar
biasa yang menarik perhatian penggunanya. Jangankan anak-anak, orang tua pun
terkadang ikut tergila-gila dengan video game. Saran praktis untuk
menyelesaikan masalah ini adalah dengan membuat kesepakatan waktu untuk bermain
video game setiap harinya. Contohnya, kesepakatan dengan anak untuk bermain
video game selama satu jam pada pukul empat sampai lima sore pada hari sabtu,
minggu, dan rabu.
5.
Menggunakan media informasi menjadi
sarana belajar dan membuat proyek
Seyogianya
orang tua meminta dan mengajari anak membuat proyek kreatif, misalnya menulis
puisi, artikel, atau cerita, menggambar, kemudian membantu mereka untuk bisa
menampilkan hasil karya mereka dalam situs anak yang dapat menampung aspirasi
mereka. Jika mungkin, anda buatkanlah situs sendiri, misalnya dengan membuat
blog. Media internet sebenarnya dapat menjadi tantangan untuk membuat
penelitian dengan narasumber dari berbagai situs yang dapat dicari dengan
berselancar di internet. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua tetap mendampingi
mereka mencari data.
6.
Mengetahui cara membendung dan
menghindari situs-situs porno
Pengetahuan
tentang cara membendung dan menghindari situs-situs porno sangatlah vital untuk
dipahami dan dikuasai orang tua. Sebenarnya, cara melindungi agar media
internet aman untuk anak tidaklah begitu sulit dan orang tua dapat belajar
dengan mudah dan cepat. Sebagai pengetahuan untuk orang tua dengan mencoba
menginstall perangkat lunak parental lock, menggunakan safe search google atau
telusur aman, mengeset mesin kendali pada ISP, dan anak-anak dikenalkan pada
situs yang aman dan bermanfaat untuk usianya.
Bagaimana pembelajaran yang efektif
dari tinjauan Islam ? menurut saya adalah lingkungan yang nyaman dan mendukung
terselenggaranya suatu pendidikan, demikian pula dalam sistem pendidikan Islam,
lingkungan harus di ciptakan sedemikian rupa dengan karakteristik pendidikan
Islam itu sendiri. Manusia yang baru di lahirkan perlu memperoleh pendidikan
dari orang tua mereka dengan tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang
ada pada dirinya.
Lingkungan pendidikan Islam identik
dengan madrasah, lembaga ini akan menjalankan proses pendidikan yang
berdasarkan konsep-konsep yang telah di bangun dalan sistem pendidikan Islam.
Dengan adanya keseimbangan antara pengetahuan agama dan umum di setiap jenjang
pendidikan.
Masyarakat sebagai lingkungan
pendidikan yang lebih luas turut berperan dalam terselenggaranya proses
pendidikan. Oleh karena itu, dalam pendidikan anak di tuntut untuk memilih
lingkungan yang mendukung pembelajaran anak dan menghindari masyarakat yang
buruk.
D.
Lingkungan pembelajaran yang efektif
tinjauan psikologi
Manusia
memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman.
Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social manusia secara efisien dan efektif.[12]
Lingkungan
alami adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan
hidup merupakan malapetaka bagi anak yang hidup di dalamnya. Udara yang
tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu pernapasan. Udara yang terlalu
dingin menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara yang terlalu panas
menyebabkan anak didik kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal di dalamnya.
Oleh karena itu, keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap belajar
anak didik di sekolah. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik
hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.[13]
Adapun
lingkungan fisik dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Tempat belajar
Meja belajar sebaiknya tidak
menghadap ke pintu atau jendela karena saat belajar mudah sekali terganggu oleh
keadaan yang terjadi di sekitarnya. Meja belajar di letakkan di sebelah kiri
jendela atau sebelah kanan jendela agar sinar matahari atau lampu tidak
menimbulkan bayangan pada waktu belajar menulis. Di atas meja, hanya ada
alat-alat yang di pergunakan, barang-barang lain apapun yang mengganggu
perhatian dan konsentrasi sebaiknya di singkirkan.
2. Penerangan
Sumber cahaya yang terbaik saat
belajar adalah matahari. Jangan belajar berlarut-larut dengan menggunakan
cahaya pemasang listrik atau lampu minyak tanah yang redup karena mudah merusak
mata dan menimbulkan kelelahan. Jangan memakai penerangan listrik langsung,
misalnya lampu neon di letakkan rendah di tembok atau pantulan cahaya mengenai
mata sehingga menyilaukan. Jangan ada perbedaan yang sangat mencolok antara
penerangan untuk meja belajar dan penerangan dalam ruangan. Penerangan yang
dianjurkan adalah penerangan tidak langsung, yakni penerangan yang berasal dari
posisi sebelah kiri dan berdekatan dengan posisi siku tangan kiri. Sumber
cahaya hendaknya berada di atas medan penglihatan karena cahaya yang langsung mengenai mata
akan menyilaukan dan mengganggu.
3. Ruang belajar, ventilasi dan suhu
udara
Ruangan selalu bersih. Perabot dalam
ruangan belajar supaya ditata dengan rapi agar menimbulkan rasa nyaman dan
menyenangkan. Jangan belajar di tempat kotor karena hasil belajar tidak efektif
dan akan berakibat mudah terserang penyakit dan jangka waktu belajar menjadi
terasa lama. Ruang belajar berventilasi sehingga memungkinkan terjadinya
sirkulasi udara yang baik. Udara yang kotor dari dalam ruangan dapat
dikeluarkan dari ruangan. Belajar dalam ruangan yang tidak berventilasi dapat
menyebabkan kepala mudah pusing dan badan mudah berkeringat karena suhu badan
akan meninggi pada waktu belajar. Sebaliknya untuk kamar dan jendela terbuka
untuk memudahkan peredaran udara dalam ruangan, otak dapat bekerja maksimal
jika kadar oksigen yang mengalir dalam darah mencukupi. Jagalah agar suhu udara
dalam ruangan belajar tidak terlalu panas atau dingin. Suhu udara antara 18-23
derajat celcius. Jika tidak ada alat pengatur suhu dalam ruangan, maka
bukalah
semua jendela dan pintu untuk
menjaga kestabilan suhu dalam ruangan belajar.
4. Gangguan kebisingan
Belajar adalah usaha sadar. Oleh karena itu,
belajar harus konsentrasi sebab konsentrasi dan perhatian saat belajar memegang
peranan penting untuk memusatkan perhatian. Faktor-faktor luar yang bersifat
mengganggu harus dapat di kendalikan. Kebisingan di sekitar tempat belajar
dapat merusak konsentrasi dan hasil belajar yang di harapkan tidak tercapai,
oleh karena itu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Ruang belajar sebaiknya terletak di
ruangan yang jauh dari sumber suara/ bunyi yang mengganggu, misalnya tidak
menghadap ke jalan raya, pasar, rekreasi, dan lain sebagainya.
b. Untuk menjaga kesehatan alat
pendengaran, perlu di hindari frekuensi suara atau nada-nada yang tinggi dan
intensitas bunyi yang tinggi. Orang yang secara terus menerus berada di dekat
atau di sekitar sumber bunyi dengan intensitas yang tinggi akan merugikan
pendengarannya.[14]
Sedangkan lingkungan sosial psikologis yaitu adanya suasana
hubungan serasi dan harmonis antara peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik dengan pendidik, peserta didik dengan seluruh stakeholder dalam suatu
lingkungan pendidikan. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan
melahirkan interaksi social. Saling memberi dan saling menerima merupakan
kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan social. Berbicara, bersenda gurau,
memberi nasihat, dan bergotong royong merupakan interaksi social dalam tatanan
kehidupan masyarakat.[15]
Bagaimana menciptakan lingkungan
pembelajaran yang efektif di sekolah ?
Secara eksplisit bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas adalah
kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai, kurikulum, sarana dan
prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, social, dan
budaya. Lingkungan social pembelajaran di kelas maupun di sekolah (kantor guru
dan staf tata usaha) mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung
terhadap proses kegiatan belajar mengajar.
Beberapa ketentuan dalam
menciptakan lingkungan kelas yang efektif sebagai berikut:
1.
Peralatan-
kelas yang besar memerlukan peralatan terperinci dan teliti; perubahan kelas
secara tiba-tiba sukar dilaksanakan; bahan dan teknologi pembelajaran seperti
nota, transparanse, dan mikrofon perlu disediakan bersesuaian dengan ukuran
kelas dan memerlukan waktu yang secukupnya untuk menyiapkan peralatan.
2.
Pembelajaran-
kepentingan eye-contact dengan siswa;
pastikan kejelasan suara sehingga boleh di dengar di belakang kelas, dalam berinteraksi dengan
siswa dalam kelas, focus kepada susunan U (barisan belakang dan tepi) bukan
kepada T (barisan depan dan tengah) terutama apabila bertanya atau berinteraksi
dengan siswa, apabila guru ingin siswa mencatat, beritahu siswa dan di bacakan
atau gunakan OHP serta berikan waktu yang mencukupi untuk siswa menyalin, jika
ingin memberi catatan edaran, berikan di awal atau akhir pembelajaran dengan
meletakkan di hadapan kelas supaya siswa boleh mengambilnya pada waktu masuk
atau keluar.
3.
Bertanya-prosedur
menanyakan dalam kelas besar berbeda dengan kelas kecil. Guru perlu menjelaskan
kepada siswa peraturan yang digunakan pada saat belajar. Ketika guru berhenti menjelaskan,
siswa diperbolehkan bertanya atau secara pribadi selepas pembelajaran di kelas.
4.
Personalizing
the class; tiadanya hubungan erat antara guru dengan siswa (impersonality);
untuk mengatasi masalah ini guru boleh menggunakan cara sebagai berikut:
a.
Berdiri
di hadapan siswa dari waktu ke waktu.
b.
Jika
sesi merupakan aktivitas keseluruhan kelas, jangan berbicara secara individu
dengan siswa yang berdekatan tetapi melayani seluruh siswa melalui mikrofon
sementara melihat kepada kedudukan U.
c.
Pada
permulaan kelas, minta siswa yang duduk bersebelahan memperkenalkan diri kepada
satu sama lain.
d.
Datang
ke kelas lebih awal atau tinggalkan kelas setelah siswa keluar semua untuk
membolehkan siswa berjumpa dengan anda jika ada keterangan yang belum jelas.
e.
Masukkan
unsur jenaka yang relevan untuk menghidupkan suasana kelas.
Suasana lingkungan sekolah, anak-
anak menghadapi guru yang tak mereka kenal dan kasih sayang guru juga tak
sedalam kasih sayang kedua orang tuanya karena menurut saya wajar saja, di mana
seorang guru memiliki keterbatasan waktu dalam memberikan pembelajaran,
terkadang hanya berfokus pada pemberian materi, pemberian tugas, dan lain
sebagainya. Ada hal yang terlupakan dalam proses mengajar itu semestinya
seorang guru juga mendidik siswa sebagaimana mendidik anak di rumah atau dengan
istilah menganggap siswa sebagai anak kandung. Namun ada hal yang perlu kita
cermati, terkadang seorang guru belum berkeluarga sehingga tidak ada rasa
mencintai siswa sebagai anak apalagi guru tersebut belum memiliki anak atau
bahkan di usia senja belum juga berkeluarga, akan tetapi ada hal yang
terpenting dalam proses pembelajaran yang mestinya di ketahui oleh seorang guru
yaitu psikologi anak.
Adapun proses pembentukan
lingkungan yang akademis bagi sebuah lembaga pendidikan adalah dengan adanya
minat dan penjelasan terhadap isi kandungan dalam pembelajaran, memberi
perhatian pada pembelajaran dan menghormati siswa, memberi umpan balik terhadap
kerja siswa yang sesuai, adanya tujuan pembelajaran yang jelas dan menantang intelektual
siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar, adanya kebebasan-pendampingan dan
penglihatan aktif, dan seorang guru belajar dari siswa. Demikian lah cara
menciptakan lingkungan akademis.
Lingkungan dalam hal ini terbagi
menjadi dua yaitu:
1.
Lingkungan
fisik
a.
Kondisi
bangunan dan lokasi sekolah
b.
Fasilitas
dan sarana umum
2.
Lingkungan
sosial di sekolah
a.
Sikap
dan penampilan seorang guru
b.
Sikap
dan perlakuan siswa
c.
masyarakat
Bagaimana menciptakan lingkungan
pembelajaran yang tidak kondusif seperti sekolah yang ada di Kelayan, seorang
guru bisa mencoba menutupi suara bising-putih dengan memainkan background music
yang tenang, atau pergunakan pancuran kecil atau akuarium ikan untuk
menghasilkan lebih alami, suara-suara lingkungan. Dorong agar semua yang di
sekolah menjaga ketenangan, maka tidak boleh ada interupsi di intercom atau
tidak membolehkan alat pemeliharaan ruangan (seperti mesin penghembus/ blower
daun) di luar kelas.
Jika tidak terhindarkan ruangan
belajar yang berdekatan dengan sumber kebisingan, jalan keluarnya adalah dengan
cara:
1.
Menyesuaikan
tempat belajar dengan lingkungan yang ada dengan menjauhi sumber kebisingan.
2.
Meningkatkan
konsentrasi terhadap pelajaran dan mengambil sikap tak acuh terhadap
rangsangan-rangsangan bunyi di sekitar.
[4]http://mhdkosim.blogspot.com/2008/12/makalah-filsafat-pendidikan-islam.html
[5]
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam
I (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997) h. 234
[6] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hh. 129-130
[7]
Nana Syaodih Sukmadinata,
Erliany Syaodih, Kurikulum dan
Pembelajaran Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hh. 3-4
[8]
M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2009), hh. 298-300
[10] Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hh.173-175
[11] Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hh.350-352
[12]
Umar Tirtarahardja dan La
Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h. 163
[13]
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hh. 177-178
[14] Tabrani Rusyan, Membangun Guru Berkualitas, (Jakarta:
Pustaka Dinamika, 2014), hh. 275-278
[15] Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, h. 179
Tidak ada komentar:
Posting Komentar