TEORI
DAN PRAKTIK BELAJAR MENGAJAR PAI DI PAUD
I. Pendahuluan
Mengasuh,
membesarkan dan mendidik anak merupakan satu tugas mulia yang tidak lepas dari
berbagai halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang dilakukan orangtua
maupun pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan
yang berkaitan dengan perkembangan anak. Di dalam psikologi perkembangan banyak
dibicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak.
Proses-proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak ditambah dengan
apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anaknya secara sedikit demi
sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Pada
masa kanak-kanak, anak-anak menjadi lebih kurus dan lebih panjang. Mereka
membutuhkan waktu tidur yang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Mereka
mengalami peningkatan dalam berlari, melompat, meloncat, dan melempar bola.
Mereka juga bertambah piawai dalam mengikat sepatu, menggambar dengan krayon,
dan menuangkan sereal.
Pendidikan adalah sebuah proses dengan penggunaan metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan dapat berlangsung secara informal
dan nonformal di samping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan
institusi-institusi lainnya.
Ahmad Patoni dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Pendidikan Agama Islam, beliau mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah
usaha untuk membimbing kearah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara
sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam
sehingga terjalin kebahagiaan dunia akhirat.
Dalam
rangka meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan,
dan daya cipta anak didk guru perlu memahami kemampuan-kemampuan apa yang harus dikuasai anak didik. Adapun tugas-tugas
perkembangan masa kanak-kanak awal yang harus dijalani anak taman kanak-kanak
adalah:
a. Berkembang
menjadi pribadi yang mandiri
b. Belajar
memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang
c. Belajar
bergaul dengan anak yang lain
d. Mengembangkan
pengendalian diri
e. Belajar
bermacam-macam peran orang dalam masyarakat
f. Belajar
untuk mengenal tubuh masing-masing
g. Belajar
menguasai keterampilan motorik halus dan kasar
h. Belajar
mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan
i.
Belajar menguasai kata-kata baru untuk
memahami orang lain
j.
Mengembangkan perasaan positif dalam
berhubungan dengan lingkungan
II. Landasan
Teoritis
1. Latar
belakang psikis taman kanak-kanak
Peserta
didik adalah individu manusia yang memiliki karakteristik dan keunikan
tertentu, yang bersifat spesifik. Secara garis besar individu manusia terdiri
atas aspek jasmani dan rohani, sebagai individu yang memiliki keragaman dalam
karakteristik yang bersifat permanen maupun temporer.
Anak-anak
di usia prasekolah dan di program pendidikan untuk kanak-kanak awal harus
diberi banyak kebebasan untuk mengekspolarasi dunia mereka. Mereka seharusnya
di izinkan untuk memilih beberapa aktivitas sendiri. Jika mereka meminta
melakukan aktivitas tertentu yang masuk akal, permintaan itu harus dituruti.
Beri materi menarik yang akan memicu imajinasi mereka. Anak-anak pada tahap ini
suka bermain. Bermain bukan hanya bermanfaat bagi perkembangan sosio emosional
tetapi juga medium penting untuk pertumbuhan kognitif mereka. Secara khusus
ajak mereka bermain dengan rekan seusianya dan lakukan permainan berfantasi.
Bantu anak untuk bertanggung jawab dalam merapikan kembali mainan. Anak-anak bisa
diberi tanaman atau bunga untuk dirawat dan dibantu untuk merawatnya. Kritik
harus minimum sehingga anak tidak akan mengembangkan rasa bersalah dan
kecemasan yang terlalu tinggi. Tata aktivitas dan lingkungan mereka untuk
membantu kesuksesannya, bukan untuk menghambatnya. Beri mereka tugas-tugas yang
tepat untuk perkembangan mereka.
Masa
kanak-kanak awal adalah masa dimana anak berumur 2 tahun - 6 tahun. Masa ini
dimulai dengan waktu dimana anak boleh dikatakan mulai dapat berdiri sendiri,
artinya tidak lagi dalam segala hal membutuhkan bantuan dan diakhiri dengan
waktu dimana dia harus masuk sekolah dengan sungguh-sungguh.
Adapun
ciri-ciri khas dari masa kanak-kanak adalah preschool
age, pregang age, masa penyelidikan dan peninjauan, problem age, dan masa tidak senang ditimang oleh orang tua atau
saudara-saudaranya.
Anak usia dini adalah mereka yang berusia 3-6 tahun
menurut Biechler dan Snowman. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah.
Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak
(3 bulan – 5 tahun) dan Kelompok Bermain (3 tahun), sedangkan usia 4
tahun-6 tahun biasanya mereka
mengikuti program taman kanak-kanak.
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara
kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik. Perkembangan diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang di alami oleh individu menuju tingkat kedewasaannya
yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik
maupun psikis. Anak sebagai totalitas adalah makhluk hidup yang merupakan satu
kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya, saling terjalin
satu sama lain dan memberikan dukungan satu sama lain, dan anak berbeda dari
orang dewasa bukan sekedar fisik tetapi secara keseluruhan.
Berbagai
aspek perkembangan fisik pada masa kanak-kanak awal; 1) Perkembangan dan
perubahan tubuh. 2) Nutrisi dan kesehatan oral. 3) Pola dan masalah tidur. 4)
Keterampilan motorik (motorik kasar dan motorik halus).
Perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya
menyeluruh artinya tidak hanya dalam aspek tertentu, melainkan melibatkan
keseluruhan aspek yang saling terjalin satu sama lain. Secara garis besar,
proses perkembangan individu adalah proses biologis, proses kognitif, dan
proses psikososial.
Perkembangan
kognitif pada masa kanak-kanak pada tahap preoperasional karena anak-anak belum
siap terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran
logis.
Perkembangan
bahasa pada masa kanak-kanak juga sangat pesat dalam kosakata, tata bahasa, dan
sintaksis.
Tanda-tanda
keagamaan pada diri anak akan tumbuh terjalin secara integral dengan
perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan lainnya. Perkembangan agama pada anak-anak
melalui tiga tingkatan yakni:
a.
The
fairy tale stage
pada tingkatan
ini konsep mengenal Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada
tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak di
pengaruhi kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih
menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang
masuk akal.
b. The realistic stage
konsep ini
timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran keagamaan dari orang
dewasa lainnya. Pada masa ini ide keagamaan pada anak didasarkan atas dorongan
emosional hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis.
c.
The individual stage.
Konsep ketuhanan
yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi,
konsep ketuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan personal, dan
konsep ketuhanan yang bersifat humanistik pada diri mereka dalam menghayati
ajaran agama.
Pendidikan
agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan
jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut
sangat bergantung pada berbagai factor yang dapat memotivasi anak untuk
memahami nilai-nilai agama. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih
dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan
agama.
The
are a number of emotional patterns that are-related in that the dominant aspect
of these patterns is fear. The most important are shyness, embarrassment,
worry, and anxiety.
Social
development follows a pattern, an orderly sequence of social behavior which is
similar for all children within a cultural group.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pendidikan
anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena pendidikan anak usia
dini merupakan pondasi dasar pembelajaran yang akan mengembangkan dan
mengoptimalkan potensi-potensi yang telah di miliki oleh anak. Seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di
lakukan melalui pembinaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Taman
kanak-kanak merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang
berada pada jalur pendidikan formal, sebagaimana tertuang pada UU No 20 Tahun
2003 Pasal 28 Ayat 3 bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal berbentuk taman kanak-kanak, raudhatul athfal, atau bentuk lain yang
sederajat. Keberadaan dan penyelenggaraan taman kanak-kanak merupakan sarana
untuk menstimulasi anak dengan melakukan pembiasaan dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini,
ada tiga hal yang dapat dijadikan sebagai landasan pertama, landasan yuridis
yaitu yang terkait dengan pentingnya pendidikan anak usia dini tersirat dalam
amandemen UUD 1945 pasal 28 b ayat 2, yaitu: “Negara menjamin kelangsungan
hidup, pengembangan dan perlindungan anak terhadap eksploitasi dan kekerasan”.
Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani Konvensi Hak Anak melalui Keppres
No.36 tahun 1990 yang mengandung kewajiban Negara untuk pemenuhan hak anak.
Secara khusus pemerintah juga telah mengeluarkan UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal 28 yang terdiri dari 6 ayat, intinya bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
meliputi semua pendidikan anak usia dini, apapun bentuknya, dimana pun
diselenggarakan dan siapa pun yang menyelenggarakan.
Kedua, landasan
empiris yaitu dilihat dari segi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan di
Indonesia baik jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah
menunjukkan bahwa anak usia dini yang memperoleh pelayanan pendidikan
prasekolah masih sangat rendah. Rendahnya tingkat partisipasi anak mengikuti
pendidikan anak usia dini berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Selain itu juga terpuruknya kualitas pendidikan di segala bidang dan
tingkatan, dan rendahnya kualitas calon siswa didasarkan pada suatu kenyataan
bahwa selama ini perhatian terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat
minim.
Ketiga, landasan
keilmuan yaitu berbagai penelitian yang dilakukan para ahli tentang kualitas
kehidupan manusia dimulai dari Binet-Simon hingga Gardner yang focus pada
fungsi otak yang terkait dengan kecerdasan. Otak secara fisik merupakan organ
lembut di dalam kepala memiliki peran sangat penting, selain sebagai pusat sistem
saraf juga berperan dalam menentukan kualitas kecerdasan seseorang. Oleh karena
itu memacu para ahli untuk terus menggali dan mengembangkan optimalisasi fungsi
kerja otak dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Optimalisasi
kecerdasan dimungkinkan apabila sejak usia dini anak telah mendapatkan stimulasi
yang tepat untuk perkembangan otak.
2. Pendekatan,
metode dan strategi
Dalam
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang
bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan
yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar.
Ketika
kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam
bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala
konsekuensinya. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara
arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.
Adapun
pendekatan menurut Syaiful Bahri Djamarah yakni pendekatan individual,
pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan
pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional,
pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan, dan pendekatan kebermaknaan.
Pembelajaran anak usia dini memiliki dua jenis model
yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Berikut beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
pada anak usia dini adalah pendekatan discovery
dimana anak didik mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Pendekatan proses
adalah mengembangkan kemampuan anak didik dalam keterampilan proses. Pendekatan
kongkrit adalah pembelajaran yang nyata. Pendekatan holistik adalah
pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik.
Kegiatan
belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai
suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar
berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan
seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana
mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Sedangkan metode yang digunakan dalam belajar mengajar di
Pendidikan
Anak Usia Dini yaitu metode yang berpusat pada guru dan metode yang
berpusat pada peserta didik. Maka jenis-jenis metode tersebut adalah
a.
metode
bermain
Menurut pendidik
dan ahli psikologi, bermain merupakan
pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Melalui bermain anak
memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Bagi anak taman kanak-kanak
belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar.
b. metode bernyanyi
Suatu
kegiatan yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran di taman
kanak-kanak melalui suara lewat
nada-nada lagu yang mudah di pahami dan bermakna bagi anak dengan tanpa
disadari terhipnotis oleh lagu yang setiap waktu dinyanyikan dalam lingkungan
pendidikan bahkan teraplikasikan dalam kehidupan di rumah, dengan istilah kata
menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, berikan lah lagu yang bernafaskan
nilai-nilai pendidikan sehingga menjadikan anak mengingat selalu akan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya seumur hidup.
c.
metode bercerita
Suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada siswa, orang tua kepada anaknya, guru
bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat
kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita. Berbagai macam cerita tersebut tidak
semuanya layak di konsumsi (di baca) oleh anak-anak. Para orang tua dan
pendidik haruslah mampu untuk menyeleksi, memfilter buku-buku cerita yang
pantas di berikan kepada anak-anak.
Bercerita
merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Keterlibatan anak terhadap dongeng yang diceritakan akan memberikan
suasana segar, menarik, dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak. Makna penting
bagi perkembangan anak melalui bercerita dapat mengkomunikasikan nilai budaya,
nilai social, nilai keagamaan, menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam,
membantu mengembangkan fantasi anak, mengembangkan dimensi kognitif anak, dan
mengembangkan dimensi bahasa anak.
Adapun
teknik mendongeng antara lain: membaca langsung dari buku cerita, menggunakan
ilustrasi suatu buku sambil meneruskan bercerita, menggunakan papan flannel,
menggunakan boneka, melalui permainan peran, dari majalah bergambar, melalui filmstrip,
cerita melalui lagu, dan melalui rekaman audio.
d.
metode karyawisata
Bagi
anak taman kanak-kanak karyawisata berarti memperoleh kesempatan untuk
mengobservasi, memperoleh informasi, atau mengkaji segala sesuatu secara
langsung.
e.
metode demontrasi
Demontrasi
berarti menunjukkan , mengerjakan, dan menjelaskan. Makna penting demontrasi bagi anak taman
kanak-kanak antara lain: memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan,
mengkomunikasikan gagasan, mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan
cermat, mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan secara tepat.
f.
metode berdialog
Suatu
kegiatan yang terjadi antara dua orang atau dengan beberapa orang, dalam dunia
pendidikan terdapat adanya seorang guru dan peserta didik. Seorang guru duduk
mengelilingi peserta didik untuk membahas suatu materi dengan memulai
pembicaraan yang ringan, bisa guru yang bertanya terlebih dahulu atau peserta
didik yang memulai bertanya, setelah itu seorang guru dapat memberikan suatu
kesimpulan atas dialog untuk mengakhiri kegiatan tersebut.
g. metode pemberian tugas
Adapun strategi yang digunakan dalam belajar mengajar di
Pendidikan
Anak Usia Dini yaitu bercerita, bernyanyi, permainan, dan puzzle.
3. Materi
pendidikan taman kanak-kanak
Adapun materi pendidikan yang diberikan adalah sesuai
dengan tema dalam sebuah kurikulum yang sudah ditetapkan, yakni materi anak
usia lahir sampai 3 tahun adalah pengenalan diri sendiri, pengenalan perasaan,
pengenalan tentang orang lain, pengenalan berbagai gerak, mengembangkan
komunikasi, dan keterampilan berpikir. Sedangkan materi anak usia 3 tahun
sampai 6 tahun adalah keaksaraan, konsep matematika,
pengetahuan alam, pengetahuan sosial, seni, teknologi, dan keterampilan proses.
Dalam
kurikulum ini, anak mendapat pengalaman luas karena antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lain saling berkaitan. Adapun pokok-pokok pendidikan yang
harus diberikan kepada anak tiada lain adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran
Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni akidah,
ibadah, dan akhlak.
a. Pendidikan
akidah
Islam
menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar, yakni
terposisikan dalam rukun yang pertama dari rukun Islam yang lima, sekaligus
sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dan non muslim. Terlebih pada
kehidupan anak, maka dasar-dasar akidah harus terus menerus ditanamkan pada
diri anak agar setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh
akidah yang benar.
Sebagaimana yang
terdapat dalam surah Luqman ayat 13, sebagai berikut ini
وَإِذۡ
قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Ayat
di atas sangat jelas menerangkan bahwa pendidikan pertama yang harus diberikan
orang tua atau guru adalah penanaman nilai akidah yang benar dimulai sejak dini
pada lingkungan keluarga dan dilanjutkan pada lingkungan taman kanak-kanak.
Oleh karena itu, seorang guru taman kanak-kanak harus benar-benar memperhatikan
perkembangan anak didik secara terus menerus dan memberikan pembelajaran sesuai
dengan daya tangkap dan pemahaman anak didik sehingga mudah di ingat anak didik
sampai melanjutkan pendidikan selanjutnya.
b. Pendidikan
ibadah
Tata peribadatan
menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqh Islam itu hendaklah diperkenalkan
sedini mungkin dan sedikit dibiasakan dalam diri anak. Hal itu dilakukan agar
kelak mereka tumbuh menjadi insan yang benar-benar taqwa, yakni insan yang taat
melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala
larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiah harus tetap
terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak.
Sebagaimana
dalam surah Al Bayyinah ayat 5 sebagai berikut
وَمَآ
أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ
وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ
دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥
Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Ayat di atas
menjelaskan bahwa anak didik harus diberikan materi pembelajaran shalat sesuai
kondisi fisik dan psikologis, mereka diberikan penjelasan yang sederhana,
kemudian mempraktikkan shalat secara berjamaah dengan pengawasan dari guru.
Apabila ada kesalahan, maka seorang guru harus menjelaskan dan mempraktikkan
bagaimana shalat yang benar sehingga anak didik selalu mengingat sepanjang
hidup bahwa itulah shalat yang benar menurut ajaran Islam.
c. Pendidikan
akhlak
Dalam rangka
menyelamatkan dan memperkokoh akidah Islamiah anak, pendidikan anak harus
dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadahi. Maka dalam rangka mendidik
akhlak kepada anak-anak, selain harus diberikan keteladanan yang tepat, juga
harus ditunjukkan tentang bagaimana harus menghormati dan seterusnya.
Dengan demikian
dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak dan memenuhi karakteristik anak
yang merupakan individu unik, yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang
berbeda, maka perlu dilakukan yaitu dengan memberikan rangsangan-rangsangan,
dorongan-dorongan, dan dukungan kepada anak.
Dalam
merencanakan dan mengembangkan program untuk anak usia dini selain harus
memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak, program tersebut juga perlu
disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak. Selain itu, dalam
program kegiatan belajar yang disiapkan
harus dapat menanamkan dan menumbuhkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku
dan sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik.
Sebagaimana yang
dijelaskan dalam surah Al- Isra ayat 37 sebagai berikut
وَلَا
تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّكَ لَن تَخۡرِقَ ٱلۡأَرۡضَ وَلَن تَبۡلُغَ ٱلۡجِبَالَ
طُولٗا ٣٧
Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung.
Ayat
di atas menjelaskan bahwa salah satu akhlak yang tercela adalah sombong, anak
didik harus di jelaskan mengapa tidak boleh bersikap sombong dengan bahasa
sederhana sehingga sejak dini anak didik sudah bersikap rendah hati terhadap
siapapun, penanaman nilai akhlak akan terus berlangsung di lingkungan taman
kanak-kanak. Dengan demikian anak didik akan terbiasa rendah hati sampai
melanjutkan pendidikan selanjutnya di mana sifat tersebut sudah terpatri dalam
hatinya.
Selain
pembentukan sikap dan perilaku yang baik tersebut, anak memerlukan pula
kemampuan intelektual agar anak siap menghadapi tuntutan masa kini dan masa datang.
Maka dari itu anak memerlukan pengusaan berbagai kemampuan dasar agar anak siap
dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap segi kehidupannya. Sehubungan dengan
hal itu, maka program pendidikan anak usia dini dapat mencakup bidang
pembentukan sikap dan pengembangan kemampuan dasar yang keseluruhannya berguna
untuk mewujudkan manusia Indonesia yang mampu berdiri sendiri, bertanggung
jawab dan mempunyai bekal untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Menurut
Siskandar, kurikulum untuk anak usia dini sebaiknya memperhatikan beberapa
prinsip. Pertama, berpusat pada anak,
artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik. Kedua, mendorong
perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, social emosional, bahasa dan
komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh. Ketiga, memperhatikan perbedaan individu
anak, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan, dan tingkat
perkembangannya.
Acuan menu
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini telah mengembangkan program
kegiatan belajar anak usia dini. Program tersebut dikelompokkan dalam enam
kelompok umur, yaitu: lahir- 1 tahun, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, dan 5-6 tahun.
Masing-masing kelompok umur dibagi dalam enam aspek perkembangan yaitu:
perkembangan moral dan nilai-nilai agama, perkembangan fisik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan social emosional, dan perkembangan
seni dan kreativitas.
Masing-masing
aspek perkembangan tersebut dijabarkan dalam kompetensi dasar, hasil belajar,
dan indicator. Kompetensi dasar merupakan pengembangan potensi-potensi
perkembangan anak yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan yang harus dimiliki
anak sesuai dengan usianya. Hasil belajar merupakan cerminan kemampuan anak
yang dicapai dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
Adapun indikator merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan terukur dalam
satu kompetensi dasar.
Muatan materi
enam aspek pengembangan di atas dalam prakteknya di lapangan masih perlu dikembangkan
lebih lanjut oleh penyelenggara atau pendidik. Penyusunan menu pembelajaran
menurut kelompok umur anak diharapkan dapat dilihat sebagai proses yang
bersifat kontinum sehingga tidak dapat ditafsirkan secara kaku.
Indikator-indikator
kemampuan yang diharapkan pada pencapaian hasil belajar pada masing-masing
aspek pengembangan, disusun berdasarkan sembilan kemampuan belajar anak usia
dini. Kecerdasan linguistic yang dapat dirancang melalui berbicara,
mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita.
Kecerdasan
logika-matematika dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan
bentuk, menganalisis data dan bermain dengan benda-benda. Kecerdasan
visual-spasial yaitu kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok dan bentuk-bentuk
geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain
dengan daya khayal. Kecerdasan musical yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi
dan bertepuk tangan. Kecerdasan kinestetik dapat dirangsang melalui gerakan,
tarian, olahraga, dan terutama gerakan tubuh. Kecerdasan naturalis yaitu
mencintai keindahan alam dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan,
bercocok tanam, memelihara binatang, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan,
angina, banjir, pelangi, siang malam, panas dingin, dan bulan matahari.
Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia
yang dapat dirangsang melalui bermain
bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah. Kecerdasan
interpersonal yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri yang dapat dirangsang
melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya
diri, control diri, dan disiplin. Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal
dan mencintai ciptaan Allah melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.
III. Temuan
di Lapangan
1.
Gambaran lokasi praktik
Lokasi yang di jadikan sebagai praktik
belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di Pendidikan Anak Usia Dini yaitu di Kecamatan
Banjarmasin Timur, Jl. Pandu III RT 30 No.18
Banjarmasin dengan nama taman kanak-kanak adalah Al
Hidayah di bawah naungan sebuah yayasan
yang dikelola oleh H. Sastra Hadi dengan dibantu seorang sekretaris yakni M.
Mahalli, S. Ag dan seorang bendahara yakni Hj. Rusmila, S.Ag. Taman kanak-kanak
ini sekarang di pimpin seorang ibu yang bernama Siti Aisyah, dengan jumlah guru 2 orang perempuan, guru
yang mengajar kelompok A
yaitu ibu Siti Aisyah dengan
jumlah peserta didik 13 orang yakni laki-laki 6 orang dan perempuan 7 orang dan guru yang mengajar kelompok B yaitu ibu
Rusnaniah,S.Pd dengan jumlah peserta didik 10 orang yakni laki-laki 5 orang dan
perempuan 5 orang. Ruangan kelas bertingkat dengan ukuran yang tidak memadai,
kelompok A berada di lantai dasar sedangkan kelompok B berada di lantai atas.
Sarana dan prasarana untuk praktik beribadah tidak lengkap dan halaman taman kanak-kanak pun juga sempit.
2. Materi
pendidikan yang di temukan
Adapun materi yang diberikan berdasarkan
tema yaitu diri sendiri, lingkungan ku, kebutuhan ku, binatang, tanaman ,
rekreasi, air, udara dan api, alat komunikasi, tanah air ku, dan alam semesta,
bintang dan bulan.
3.
Pendekatan, metode dan strategi
Sedangkan pendekatan yang digunakan oleh guru adalah
pendekatan kongkrit, pendekatan proses, dan pendekatan discovery. Untuk metode yang digunakan guru tersebut adalah
bermain, bercerita, bernyanyi, dan berdialog. Sedangkan untuk strategi yaitu
bercerita dan bernyanyi.
4. Proses
belajar mengajar PAI di Taman Kanak-Kanak Al Hidayah
Sebelum
anak-anak tiba disekolah, pada hari senin: seorang guru membersihkan lantai,
menyiapkan peralatan belajar anak-anak, menyiapkan air minum, ketika jarum jam
menunjukkan jam delapan, anak-anak disiapkan untuk berbaris upacara bendera,
seorang berdiri di samping anak-anak sebagai pengawas, bendera sudah diletakkan
terlebih dahulu di depan anak-anak berbaris, ada anak yang mendapat tugas yang
membaca pancasila, anak yang membaca doa, sedangkan untuk menyanyikan lagu
kebangsaan dilakukan bersama-sama antara anak-anak dengan guru, untuk pembinaan
seorang guru akan menyampaikan sedikit pesan moral kepada anak-anak seperti
jangan buang sampah sembarangan, harus mandi, berpakaian yang bersih dan rapi,
setelah selesai baru anak-anak satu persatu memasuki kelas bergiliran dengan
bersalaman dengan guru yang berdiri di samping pintu, kemudian anak-anak duduk
dengan rapi berbentuk melingkar, seorang guru berada di samping anak-anak untuk
memulai berdo’a belajar bersama-sama setelah itu bernyanyi lagu garuda
pancasila, baru seorang guru melakukan absen anak-anak dengan penyebutan satu
persatu. Kemudian anak-anak kelompok B baru menuju kelas atas. Anak-anak duduk
dengan rapi di kursi, kemudian dibagikan buku tulis untuk menulis kata-kata
yang telah ditulis ibu guru di papan tulis, anak-anak mengerjakan sambil
berbicara di selingi tertawa riang, setelah selesai mengerjakan semuanya,
barulah berdo’a mau makan bersama-sama lagi, ibu guru mengasih makanan ringan
kepada anak-anak secara bergiliran, anak-anak membayar makanan tersebut dengan
uang saku mereka. Jam istirahat anak-anak memakan makanan sambil bermain di
muka halaman, setelah jam istirahat selesai anak-anak masuk kelas dengan tertib
lagi, duduk dengan rapi lagi untuk bersiap-siap berdo’a setelah makan. Kemudian
bernyanyi bersama-sama lagu kebangsaan setelah itu di minta satu persatu anak
menyanyi di depan kelas. Kemudian anak-anak membaca do’a mau pulang
bersama-sama dengan merapikan pakaian dan tas mereka, bersalaman dengan ibu
guru serta mengucapkan salam dengan tertib.
Table
kegiatan belajar mengajar di taman kanak-kanak Al Hidayah sebagai berikut.
No.
|
Hari
|
Kegiatan
|
1.
|
Senin
|
Berdo’a sebelum belajar
Bernyanyi
Mengabsen kehadiran anak-anak
Menulis kata
Berdo’a sebelum makan
Istirahat
Berdo’a sesudah makan
Bernyanyi
Berdo’a pulang
|
2.
|
Selasa
|
Berdo’a sebelum belajar
Mengabsen kehadiran anak-anak
Bernyanyi
Mewarna
Berdo’a sebelum makan
Istirahat
Berdo’a sesudah makan
Menulis angka
Bernyanyi/ bercerita
Berdo’a pulang
|
3.
|
Rabu
|
Senam pagi
Berdo’a sebelum belajar
Mengabsen kehadiran anak-anak
Bernyanyi
Membaca
Berdoa’ sebelum makan
Istirahat
Berdo’a sesudah makan
Mengenal huruf
Bernyanyi/ bercerita
Berdo’a pulang
|
4.
|
Kamis
|
Berdo’a sebelum belajar
Mengabsen kehadiran anak-anak
Bernyanyi
Berhitung
Berdo’a sebelum makan
Istirahat
Berdo’a sesudah makan
Membaca iqra
Bernyanyi/ bercerita
Do’a pulang
|
5.
|
Jum’at
|
Infaq
jum’at
Do’a
sebelum belajar
Mengabsen
kehadiran anak-anak
Bernyanyi
Menulis
Arab/ praktik shalat berjamaah
Berdo’a
sebelum makan
Istirahat
Berdo’a
sesudah makan
Bernyanyi
Do’a
pulang
|
6.
|
Sabtu
|
Olah
raga (senam/ jalan-jalan santai)
Berdo’a
sebelum belajar
Mengabsen
kehadiran anak-anak
Bernyanyi
Bermain
bersama/ bercerita/ menggambar bebas/ berhitung/ makan bersama
Berdo’a
sebelum makan
Istirahat
Berdo’a
sesudah makan
Bernyanyi
Do’a
pulang
|
IV. Analisis Teoritis dan Praktik
1.
Analisis teoritis
Setelah mencermati dengan seksama landasan teoritis pada
pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Pendidikan Anak Usia Dini sudah tepat untuk
anak dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi dalam hal
ini seorang guru harus menguasai ilmu kependidikan anak usia dini, ilmu
administrasi yang berkaitan dengan lembaga pendidikan tersebut, dan mempelajari
dan memahami ilmu psikologi pertumbuhan dan perkembangan anak didik sehingga
dalam bergaul dengan anak-anak, anak-anak merasa aman, nyaman, dan
menyenangkan, kadang anak-anak merasa takut terhadap dalam hal ini tidak ada
rasa nyaman selama proses pembelajaran berlangsung. Anak-anak suka meniru sikap
kita sebagai seorang guru pada saat mereka berkumpul sesame teman sebaya. Oleh
karena itu, sebagai seorang guru harus bersikap sebagaimana yang tertuang dalam
kode etik seorang guru sehingga anak-anak menyerap nilai-nilai yang baik untuk
di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Analisis
praktik
Seorang guru
dalam praktiknya belum sesuai dengan teori pendidikan anak usia dini, di mana
guru tersebut tidak mengenyam pendidikan yaitu ilmu kependidikan, kemudian
taman kanak-kanak ini tidak tersedia sarana dan prasarana yang memadai sehingga
dalam proses pembelajaran yang berlangsung tidak dapat di lakukan secara
maksimal. Untuk mencapai suatu tujuan yang berdasarkan undang-undang maka
seorang guru dalam sebuah lembaga pendidikan harus sesuai dengan kebutuhan
pendidikan tersebut.
V.
Penutup
Anak usia dini adalah mereka yang berusia 3-6 tahun
menurut Biechler dan Snowman. Secara garis besar, proses perkembangan individu
adalah proses biologis, proses kognitif, dan proses psikososial.
Pendekatan dalam belajar mengajar yaitu discovery, proses, kongkrit dan
holistik. Sedangkan metode yang digunakan adalah bermain, bernyanyi, bercerita,
karya wisata, demonstrasi, berdialog, dan pemberian tugas. Adapun strategi yang
dilakukan adalah bercerita, bernyanyi, dan permainan, dan puzzle.
Materi anak usia lahir sampai 3 tahun adalah pengenalan
diri sendiri, pengenalan perasaan, pengenalan tentang orang lain, pengenalan
berbagai gerak, mengembangkan komunikasi, dan keterampilan berpikir. Sedangkan
materi anak usia 3 sampai 6 tahun adalah keaksaraan, konsep matematika,
pengetahuan alam, pengetahuan sosial, seni, teknologi, dan keterampilan proses.